LAHAN seluas 1,2 hektare yang ada di Dusun Kramajetak, Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto berhasil disulap menjadi area destinasi wisata. Di tangan warga dan sejumlah pihak yang terkait seperti Yayasan Bambu Lestari (YBL) dan Multi Bintang Indonesia (MBI) menjadikannya sebagai Pasar Keramat yang kini tengah viral. ’’Awalnya tempat ini merupakan pembuangan sampah,’’ kata Budi Harjo pengelola Pasar Keramat.
Awal mula terbentuknya pasar keramat tidaklah mudah. Pasar ini terinspirasi dari Pasar Papringan yang ada di Temanggung Jawa Tengah. Dengan swadaya warga desa, maka terciptalah konsep tersebut yang memadukan unsur budaya tradisional dan alam tersebut.
Kabul Raharja Utama, sapaan akrabnya, nama Pasar Keramat ini diadopsi dari nama kampung. Sedangkan keramat sendiri dalam arti Jawa mempunyai arti keramut dan manfaat.
Pasar ini hanya buka tiap bulan 2 kali. Yakni tiap Minggu Wage dan Kliwon. Saat ini ada 100 lebih pedagang yang ada di Pasar Keramat. Uniknya, interaksi antara penjual dan pembeli juga menggunakan uang dari bambu yang menyerupai uang era Majapahit. ’’Untuk proses pembelian, pembeli harus menukarkan uang dengan koin yang menyerupai mata uang majapahit (gobok). 1 gobok senilai Rp 2 ribu,’’ ungkap Kabul.
Ketua Yayasan Bambu Lestari Monica Tanuhandaru mengapresiasi kegiatan warga Dusun Kramajetak yang berupaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, khususnya bambu. Menurutnya, tidak banyak yang menyadari jika bambu merupakan sesuatu yang sangat penting di sekitar. ’’Saat ini, YBL sendiri mengirimkan beberapa perwakilan yang akan mendampingi terus warga setempat dalam menjaga, mengola dan memberikan edukasi mengenai bambu,’’ katanya.
Monica mengaku terus belajar dan bertukar pikiran bagaimana Pasar Keramat bisa menjadi pasar rakyat di bawah hutan bambu. Karena tugas YBL memberikan pendampingan kepada warga desa. Bahwa bambu juga bisa mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Diharapkan, keberadan Pasar Keramat juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. ’’Kita berharap bahwa pasar-pasar hutan bambu ini bisa berkembang di Indonesia,’’ ujarnya.

Di lain sisi, Ika Noviera, Corporate Affairs Director MBI mengatakan, peran aktif MBI di gelaran Pasar Keramat tak lepas dari nilai penting pemanfaatan bambu bagi lingkungan. Itu sejalan dengan ambisi MBI untuk mengupayakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebih baik di tahun 2030. ’’90 persen bahan baku produksi kami adalah air. Kami terpanggil untuk menjaga kualitas sumber daya air, tidak hanya untuk bahan baku produksi, namun juga untuk keberlangsungan air bagi generasi mendatang,’’ katanya.
Pasar Keramat juga menjadi pendorong bagi MBI untuk turut serta mengenalkan pemanfaatan dan pengolahan bambu tidak hanya untuk menjaga keberlangsungan air, melainkan juga untuk mempromosikan nilai budaya dan menggerakkan perputaran ekonomi di desa setempat. (dik/ron)