Menikmati kopi dengan citarasa khas tidak harus mahal. Kopi tubruk ala warung atau rumahan nyatanya juga bisa membawa sensasi kafein yang mewah. Rasa pahit yang kuat, menjadikan seduhan kopi semakin nikmat dan pekat.
SEPERTI kopi Robusta ARJ yang mengandalkan biji kopi hasil pertanian kopi lokal daerah Pegunungan Arjuno di Kota Batu. Meski tanamannya hanya di ketinggian kurang dari 1000 meter diatas permukaan laut (Mdpl), taste kafeinnya sudah terasa seimbang. Mulai flavour (aroma khas), acidity (rasa asam), dan body (kekentalan).
’’Meski dari pertanian lokal, namun kalau pemilihan dan pengolahannya tepat, taste kafeinnya pasti akan muncul,’’ terang owner Kopi Robusta ARJ, Aditya Dwinugraha Sastra kemarin.
Tidak hanya pemilihan, pria asal Perum Perum Surya Kusuma Regency Desa Kenanten, Kecamatan Puri ini menegaskan, proses memasak kopi juga tidak sembarangan. Agar terlihat natural, proses roasting harus didahului dengan resting atau pendinginan. Di mana, kopi didiamkan agar tingkat keasamannya terjaga.
Setelah itu, kopi dimasak dengan suhu tertentu selama lebih dari 4 jam. Pun demikian saat penggilingan, kopi yang sudah matang didiamkan dulu agar aromanya tetap melekat, baru kemudian dihaluskan menjadi serbuk kopi. Dari cara itu, maka rasa pahit tidak akan hilang, bahkan semakin kuat atau strong. ’’Waktu pengerjaannya bisa sampai satu bulan, tergantung dengan cuaca dan prosesnya. Karena beberapa pelanggan juga minta proses extend natural atau perpanjangan waktu,’’ tandas pria 28 tahun ini.
Setelah kopi menjadi bubuk, baru dikemas dalam wadah aluminium foil agar kopi tidak tercampur udara bebas sehingga terkesan alami. Untuk proses penyeduhan, Adit mengaku, kopinya cukup ditubruk dengan takaran tiga kali lipat dari gula. Dari situ, citarasa kopinya sudah bisa dinikmati langsung tanpa ada ritual lainnya. ’’Yang jelas rasa pahit dalam kopinya strong, tidak harus melalui teknik tertentu,’’ tambahnya. Untuk harga, Adit mematok harga sangat murah.
Di mana, sasarannya adalah penikmat rumahan atau warung kopi. Yakni cukup hanya Rp 55 ribu untuk satu kilogram (kg) kopi bubuk. Tiga tahun produksi, Adit sudah memasarkan kopinya hingga ke wilayah Sidoarjo, Surabaya dan Mojokerto. Saat ini, ia mulai merambah Madiun, Ngawi hingga Solo sebagai pangsa pasar kopinya. ’’Memang sasarannya adalah warung kopi atau penikmat kopi rumahan. Jadi mereka lebih praktis dalam menikmatinya,’’ pungkasnya. (far/ron)