31 C
Mojokerto
Monday, June 5, 2023
- Advertisement -spot_img
- Mobile -spot_img

TAG

cerpen

Karta dan Jin Kere

DALAM kebekuan pikiran dan kegelapan hati, Karta berjalan lunglai menelusuri jalan kampung. Wajahnya tampak suntuk. Tadi pada rapat panitia menyambut Ramadan remaja masjid, ia kesal sebagian besar warga kampung tak mendukungnya dalam pemilihan ketua panitia. Padahal hari ini ia ulang tahun yang ke-17, dan itu akan jadi kado terindah untuknya. Tapi mereka malah lebih memilih Asyifa sebagai ketua panitia. Hati Karta pun sedih.

Untukmu, Bintang yang Paling Terang

SESUNGGUHNYA, pada bintang-bintang, aku titipkan kisah, beserta doa dalam kantong yang sama. Pada mereka juga aku melukis lagi kisah kita, mungkin relief ukiran kisah kita terpampang di langit sana. Maka cukup mudah, mudah saja untukmu, bila saja kau lupa tentang kisah kita. Aku menitipkannya pada bintang-bintang. Pastilah di tempatmu mereka juga bertengger di langit gelap itu. Mereka tidak mungkin hilang, mereka hanya berpindah.

ALENA Oleh Alim Witjaksono

HAMPIR tiap hari saya mengantar puteri saya ke sekolah sambil mengendarai motor matik. Sungguh pekerjaan yang membosankan, kalau bukan dipaksa oleh rasa cinta kepada anak kandung sendiri. Dari depan gerbang sekolah, kadang saya mengamatinya berjalan menuju pintu kelas, seraya mengenang masa-masa kecilnya yang mungil dan menggemaskan. Namun, setelah usianya menginjak delapan tahun dan duduk di kelas 2 SD, sepertinya ia mengalami banyak perubahan.

Lebih Ekstrem Lagi

KETIKA Pak Nandar sedang menasihati anak semata wayangnya, sang anak malah asyik mengutak-atik ponsel baru yang dibelikan ibunya. Ia khawatir, anaknya yang masih kelas tiga SMP itu membuka-buka aplikasi atau berbagai situs dan iklan yang kurang pantas dilihat anak-anak seusianya. Kalau sebatas platform yang terkait dengan pelajaran di sekolahnya sih enggak apa-apa. Atau hanya sekadar membuka-buka musik di kanal YouTube, walaupun tidak jarang jenis-jenis musik yang dianggap senewen dan kurang pantas untuk anak-anak usia belasan tahun.

Gubuk

''BAGAIMANA bisa kau hidup dalam keadaan seperti ini?” tanya Lasat. Kesulitan menyembunyikan ketercengangannya terhadap ruangan dia berdiri sejak setengah jam yang lalu. Sebuah gubuk berdinding anyaman bambu. Menancap seorang diri di tengah belantara hutan yang tinggal menyisakan pepohonan yang sudah pelontos. Hanya butuh dua puluh langkah saja untuk bisa menjangkau seluruh gubuk itu.

Orang Frustasi di Atas Tower

PAGI itu, saya dan anak saya yang baru berusia empat tahun, Riki, berangkat menuju gedung olahraga untuk menemani saya bermain bulutangkis. Tiba-tiba di perempatan menuju pasar Royal, Riki berteriak keras, ’’Pah, siapa di atas itu?’’ Tangan kanannya diangkat ke dahi sambil memicingkan kedua matanya, ’’Mau ngapain dia di atas tower, Pah?’’

Riak Dermaga Pelabuhan Sape

DARI jendela, langit sepenuhnya berwarna aluminium. Gerimis di luar membuat kapal-kapal di dermaga basah kuyub. Aurin menghela napas berat. Bengis sapuan angin tak mampu menghentikan keringat yang mengucur di pelipisnya. Wajahnya yang pias, mengucurkan butir-butir keringat keresahan.

Pastor dan Wanita Badui

DI dalam gereja yang disinari cahaya redup, seorang pastor berusia lima puluh tahun nampak berlutut di depan altar, menundukkan kepala dan berdoa. Gereja itu peninggalan pemerintah Hindia Belanda, berdiri di daerah Lewidamar, perbatasan antara kabupaten Lebak dengan pemukiman orang-orang Baduy.

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
/