22.8 C
Mojokerto
Sunday, May 28, 2023

Sejarah Jembatan Pagerluyung Mojokerto, Jalur Lori Seberangi Sungai Brantas

JEMBATAN Pagerluyung, Kecamatan Gedeg hingga kini masih menjadi jalur alternatif bagi warga untuk menyeberangi Sungai Brantas. Dibangun sejak masa kolonial, jembatan beton semula difungsikan sebagai perlintasan khusus lori pengangkut tebu. Keberadaannya menjadi vital karena mampu memangkas jarak tempuh dari lahan perkebunan menuju Pabrik Gula (PG) Gempolkrep.

Sejarawan Mojokerto Ayuhanafiq mengungkapkan, pada dekade 1930-an terjadi krisis ekonomi yang berdampak pada eksistensi pabrik gula di Mojokerto. Beberapa pabrik akhirnya terpaksa gulung tikar. ”Salah satu yang mampu bertahan PG Gempolkrep,” terangnya.

Bahkan, kapasitas produksi industri gula yang berada di Jalan Raya Gempolkerep, Kecamatan Gedeg kian meningkat. Pasalnya, sebut dia, PG Gempolkrep mendapatkan limpahan lahan tebu yang sebelumnya dikelola pabrik gula lain yang tutup.

Baca Juga :  Cegah Anemia, Bupati Mojokerto Ajak Siswi SMA Negeri 1 Bangsal Minum TTD

PG Gempolkrep mendapat hak pengelolaan lahan perkebunan tebu di wilayah Watudakon, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Meskipun, limpahan lahan tebu yang berada di selatan Sungai Brantas itu membuat pada akhirnya membuat biaya produksi PG Gempolkrep membengkak. ”Karena ada biaya lebih yang mesti dikeluarkan untuk pengangkutan,” papar pria yang akrab disapa Yuhan ini.

Terlebih, kala itu moda angkutan tebu masih menggunakan pedati. Kereta yang ditarik oleh tenaga sapi itu harus menempuh jalan memutar lewat jembatan Terusan untuk menyeberang Sungai Brantas. ”Jarak yang ditempuh kurang lebih 10 kilometer untuk membongkar muatan sampai ke PG Gempolkrep,” tandasnya.

Untuk memperpendek jarak tempuh pengiriman tebu ke PG Gempolkrep, kemudian muncul inisiatif membangun jembatan baru yang khusus untuk jalur lori. Rencana pembangunan jalur transportasi pengangkut tebu itu dirumuskan Nederland Indie Suiker Uni (NISU) selaku holding company yang menaungi PG Gempolkrep.

Baca Juga :  Mayat Pria Mengambang di Sungai Pikatan Bikin Geger Warga Gondang Mojokerto

Hingga akhirnya, pada tahun 1938 dibangun jembatan Pagerluyung yang yang membentang di atas Sungai Brantas. Yuhan mengatakan, keberadaan akses tersebut mampu memangkas jalur transportasi pengangkut tebu dari perkebunan menuju PG Gempolkrep.

Di sisi lain, pengangkutan menggunakan moda transportasi lori dari tenaga lokomotif juga juga menekan biaya produksi. Sebab, pabrik tak lagi harus membayar sewa angkut pedati. ”Lori juga mampu mengangkut lebih banyak hasil panen tebu,” urai Yuhan. (ram/ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/