BERDIRINYA jembatan Pagerluyung di Kecamatan Gedeg tak hanya difungsikan untuk kepentingan industri. Pasalnya, sarana penghubung tersebut juga turut meningkatkan mobilitas masyarakat karena menjadi jalur alternatif di wilayah perbatasan Mojokerto-Jombang.
Setelah tuntas dibangun, jembatan Pagerluyung yang semula dikhususkan untuk jalur lori rupanya juga difungsikan oleh masyarakat. Sebab, warga yang sebelumnya harus menggunakan perahu tambangan untuk menyeberang sungai Brantas akhirnya bisa melalui jembatan secara cuma-cuma. ”Selain sebagai jalur lori pengangkut tebu, jembatan Pagerluyung juga meningkatkan mobilitas penduduk,” sambung Ayuhanafiq.
Terutama bagi warga dari wilayah Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang dan warga Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Terlebih, selain sebagai sarana untuk menyeberangi sungai Brantas, jembatan Pagerluyung juga berfungsi sebagai flyover karena dibangun di atas jalan Raya Mojokerto Ploso dan perlintasan kereta api (KA) milik Statspoor (SS). ”Karena itu, jembatan dibangun dengan konstruksi beton untuk bisa menahan beban berat kendaraan yang melintasinya,” ulas dia.
Namun, jalur lori tersebut sempat terhenti saat kedatangan penjajah Jepang di Mojokerto pada 1942. Karena selama masa pendudukan, PG Gempolkrep tidak lagi menjalankan kegiatan produksi. Bahkan, kondisi tersebut berlangsung hingga proklamasi kemerdekaan RI. Karena peralatan besi di dalam pabrik menjadi sasaran penjarahan. ”Termasuk rel lori di jembatan Pagerluyung juga turut dijarah,” tandas Yuhan.
Menurutnya, PG Gempolkrep baru bisa kembali beroperasi di tahun 1950. Meskipun, kapasitas produksinya tidak sebesar pada era kolonial. Jembatan Pagerluyung juga disentuh perbaikan untuk kembali difungsikan untuk dapat dilalui lori.
Namun, lokomotif pengangkut tebu akhirnya diparkir pada dekade 1980-an. PG Gempolkrep lebih memilih mengganti moda lori dengan truk. Yuhan menyebut, transisi armada itu seiring dengan makin meningkatnya jalur darat. ”Sehingga pengangkutan tebu lebih cepat melalui jalan raya,” imbuhnya.
Jalur lori di jembatan Pagerluyung akhirnya ditutup total dengan menutup rel dengan aspal agar bisa dilalui truk pengangkut tebu. Hingga kini, konstruksi jembatan juga masih kukuh dan berfungsi sebagai jalur alternatif bagi masyarakat di wilayah perbatasan. (ram/ron)