30.8 C
Mojokerto
Sunday, May 28, 2023

Kawasan Situs Bhre Kahuripan Dinilai Luas dan Spektakuler

Struktur Benteng Bangunan Suci Majapahit

MOJOKERTO – Situs Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Kabupaten Mojokerto terus menjadi perhatian tim arkeolog. Terbukti, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur saat ini kembali melakukan ekskavasi di titik berbeda.

Jika sebelumnya menyentuh sisi selatan dan barat dari situs utama, kini tim ekskavasi melibatkan puluhan orang tersebut mencari perhatian di dua titik berbeda.

Pertama, di sisi tengah situs utama atau sisi barat lapangan sepak bola. Kedua, di areal lapangan sepak bola sisi timur. Jarak kedua titik ekskavasi tersebut diperkirakan mencapai 100 an meter.

Ketua Tim Ekskvasi Situs Bhre Kahuripan M. Ichwan mengungkapkan, dalam ekskavasi kali ini pihaknya berhasil mengungkap struktur bangunan diduga adalah dinding atau benteng dari areal bangunan suci Situs Bhre Kahuripan. ”Panjanganya mencapai 30 meter dengan ketebalan struktur 90 cm meter lebih,” katanya di lokasi, Selasa (25/10).

Baca Juga :  KONI Kabupaten Mojokerto Pantau Atlet Mutasi secara Daring

Belum diketahui secara detail bentuk dari struktur tersebut. Namun, dari penelitian sementara, lapisan batu batanya dan strukturnya sedikit berbeda dari yang pernah ditemukan di sisi barat. ”Kita masih meneliti kembali manfaat dan ungsinya apa. Karena ekskavasi masih akan berlanjut,” imbuh dia.

Di lokasi ini, turut ditemukan sebuah batu umpak. Persisnya di sisi utara. Selain itu, juga terdapat beberapa temuan pecahan genting yang tidak utuh lagi. ”Kalau yang di sekitar lapangan, baru kita buka struktur itu memanjang ke utara-selatan,” tambah dia.

Menurut Nagarakretagama, Raja Tribuana Tunggadewi yang merupakan putri Raden Wijaya naik takhta atas perintah ibunya Gayatri (Rajapatni) tahun 1329. Dia menggantikan Jayanagara yang meninggal tahun 1328. Ketika Gayatri meninggal dunia tahun 1350, pemerintahan Tribhuwana pun berakhir pula.

Baca Juga :  Situs Kumitir, Jejak Istana Zaman Majapahit di Jatirejo Mojokerto

Berita tersebut menimbulkan kesan bahwa Triuana Tunggadewi naik takhta mewakili Gayatri. Meskipun Gayatri hanyalah putri bungsu Kertanagara, tetapi dia satu-satunya yang masih hidup di antara istri-istri Raden Wijaya.

Sehingga dia dapat mewarisi takhta Jayanagara yang meninggal tanpa keturunan. Tetapi saat itu Gayatri telah menjadi pendeta Buddha, sehingga pemerintahannya pun diwakili putrinya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.

Banyaknya struktur situs yang belakangan ditemukan, menunjukkan areal situs yang dibangun era Raja Hayam Wuruk sebagai tempat pendarmaan terhadap ibunya, Tribuana Tunggadewi, cukup luas dan spektakuler. Tim arkeolog menyebutkan, luas dari areal situs ini mencapai 200 meter persegi.

”Ya memang sangat luas. Namun, yang pasti bahwa apa bentuk dari areal situs ini? Ini adalah sebuah bangunan suci,” tambah arkeolog senior Ismail Lutfi. (ris/fen)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/