Bentuk Tentara Rakyat Djelata, untuk Rebut Kota Surabaya
DI masa revolusi, Mojokerto tak hanya sempat dijadikan sebagai pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Timur (Jatim), melainkan juga menjadi basis komando para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Di tahun 1946, gabungan barisan perjuangan sepakat membentuk kelompok pasukan untuk merebut kembali Kota Surabaya yang jatuh ke tangan sekutu. Serdadu khusus itu dinamakan TRD atau akronim dari Tentara Rakyat Djelata.
Sejarawan Mojokerto Ayuhanafiq menuturkan, pembentukan TRD merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bersama dalam rapat Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) Jatim. Pada 1946, lembaga yang menjadi wadah dari barisan perjuangan dari kelaskaran ini bermarkas di Mojokerto. ”Awalnya, TRD dibentuk dengan merekrut 2 ribu orang,” terangnya.
Dijelaskannya, sebanyak 2 ribu personel itu diambil dari masing-masing kelaskaran. Di antaranya berasal dari laskar Hizbullah, Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), serta Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) dan laskar Barisan Rakyat. ”Setiap kelaskaran diminta mengirim 500 orang sebagai anggota TRD,” bebernya.
Namun, pria yang akrab disapa Yuhan ini menyebut, hanya Hizbullah yang mampu memenuhi kuota pasukan untuk bergabung ke TRD. Sedangkan tiga elemen kelaskaran lainnya tidak memiliki jumlah pasukan yang memadai. ”Sehingga hanya ada 500 orang yang menjadi anggota TRD,” tutur penulis buku Garis Depan Pertempuran Laskar Hizbullah 1945-1950 ini.
Pria yang akrab disapa Yuhan ini memaparkan, terdapat beberapa referensi terkait tugas dan fungsi TRD. Salah satunya adalah dipersiapkan sebagai pasukan khusus. Pasalnya, dari 500 personel tidak dimasukkan ke dalam daftar keanggotaan kelaskaran maupun militer.
Meski demikian, pasukan dibekali dengan kemampuan operasi dan skill dalam penggunaan sejata api. Karena TKD ditugaskan untuk melakukan penyusupan ke Kota Surabaya. ”Penyusupan dilakukan dengan menyamar sebagai rakyat biasa,” tandasnya.
Yuhan mengatakan, penyamaran bertujuan untuk menghindari TRD tertangkap saat menjalankan tugas. Pasukan khusus ini juga dibekali senjata. Namun, persenjataan dikubur di dalam tanah agar mengelabuhi tentara sekutu dan Belanda yang kala itu telah menduduki Kota Surabaya.
Karena itu, sebanyak 500 personel TRD digembleng untuk latihan di eks Pabrik Gula Sentanen Lor. Kamp pelatihan yang berada di tepi Sungai Brantas atau kini di Jalan Wuruk ini sekaligus dimanfaatkan untuk asrama dan mematangkan operasi penyusupan ke Kota Pahlawan.
Yuhan menambahkan, TKD berhasil menembus pertahanan musuh, maka gabungan pejuang dari Mojokerto juga telah menyusun rencana untuk mengerahkan sekitar 6 ribu pasukan untuk merebut kembali Kota Surabaya dari kekuasaan kolonial dan sekutu. (ram/ron)