Ika Siti Barokah, Pioner Kursus Tata Rias di Kota Mojokerto
Perjalanan karier seseorang kadang kala sulit ditebak. Namun pada akhirnya, orang akan memusatkan perhatian pada satu hal yang menjadi passion-nya. Itu pula yang membuat Ika Siti Barokah tetap teguh menjadi guru kursus kecantikan selama puluhan tahun meski kini sudah memasuki usia paruh baya.
INDAH OCEANANDA, KOTA, Jawa Pos Radar Mojokerto
DULUNYA, perempuan akrab disapa Ika ini memang berniat mendirikan salon usai mengikuti kursus kecantikan di Surabaya. Namun, cita-cita itu berubah haluan. Pasalnya, sang guru justru mengarahkan agar meneruskan ilmu tata rias itu ke masyarakat.
’’Karena sewaktu di kelas, guru lihat saya telaten ngajarin teman saya. Akhirnya, pas mau lulus, guru bilang saya agar ikut dia meneruskan jadi guru kursus,’’ ucap perempuan 64 tahun ini kepada Jawa Pos Radar Mojokerto.
Merasa cukup mengenyam ilmu tata rias, Ika pun pamit bertolak ke kampung halamannya di Mojokerto. Waktu itu, sekitar 1988, dia langsung memberanikan diri membuka kursus kecantikan yang diberi nama Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kharisma. Kala itu, dirinya berusia 25 tahun. ’’Waktu awal buka, murid saya cuma dua. Sebab, dulu kursus kecantikan seperti ini masih mahal biayanya. Namun, saya coba tekan biayanya agar semua orang bisa belajar ilmu tata rias,’’ ulas perempuan kelahiran Kelurahan Kauman, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto ini.
Seiring berjalannya waktu, lembaga kursusnya di Jalan Mojopahit Nomor 403 Mojokerto itu mulai berkembang. Ika mengatakan, setiap tahun, jumlah muridnya selalu bertambah. Itu berkat informasi dari mulut ke mulut yang disebarkan oleh murid alumni lembaga kursusnya. ’’Per tahun dulu mulai 50 murid, tambah lagi terus-terusan. Sampai pernah setahun itu ngajar ada 120 orang,’’ ucapnya.
Ika melanjutkan, muridnya pun tak hanya berasal dari Mojokerto. Bahkan, ia kerap kedatangan orang luar pulau seperti, Bengkulu, Lampung, Palembang, Medan, hingga Papua.
Ika mengaku, lembaga kursusnya tak seperti tempat serupa lainnya. Sebab, murid yang belajar tak pernah diberi target harus bisa dalam waktu hitungan bulan. Syarat waktu belajar dua sampai tiga bulan itu hanya sebatas formalitas saja. ’’Tapi, kalau murid belum bisa ya saya suruh teruskan sampai bisa dan siap kerja. Masalah bayar ya hanya melunasi dua sampai tiga bulan saja, itu sudah cukup. Kan daya tangkap anak beda-beda, tidak semua harus gercep,’’ katanya.
Tak jarang, Ika memberikan pelatihan sampai 10 bulan. Bahkan, pernah sampai 1,5 tahun agar siswa tersebut siap diterjunkan ke dunia kerja. Namun, jumlah murid kursusnya sempat mengalami penurunan jumlah. Itu setelah mewabahnya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan masyarakat harus beraktivitas di rumah.
’’Ya, saat itu sempat tutup dua bulan. Baru setelah ada kelonggaran, saya buka lagi. Alhamdulillah, sekarang sudah mulai berangsur-angsur kembali seperti dulu,’’ beber nenek satu cucu tersebut.
Kini, total murid yang mengenyam ilmu di lembaga kursusnya 8 orang. Ika menuturkan, pembelajaran tata rias saat ini tak sama seperti dulu. Perkembangan zaman menuntutnya berinovasi agar anak-anak didiknya bisa bekerja.
Ika mengajari mereka dengan penerapan layanan home care. ’’Jadi, anak-anak datang ke rumah klien langsung. Sehari dapat dua-tiga klien itu sudah lumayan. Yang saya tekankan mereka itu pokoknya harus bisa kerja sesudah lulus dari sini,’’ ungkapnya.
Disinggung terkait buka usaha salon, Ika mengaku saat ini sudah tak berminat. Sebab, dia sudah nyaman menjadi guru kursus. Terlebih, ia tak mau bersaing dengan murid sendiri. ’’Karena rata-rata salon di Kota Mojokerto itu lulusan dari kursus saya. Masak saya mau bersaing sama murid sendiri, Biarlah saya berkorban buat pendidikan mereka saja,’’ tutur mantan buruh pabrik di PT Ajinomoto ini. (fen)