27.7 C
Mojokerto
Thursday, June 8, 2023

Malang Darurat Fenomena LGBT ?

Oleh: Endang Sri Lestari*

BERBICARA soal orientasi seksual merupakan hal tabu yang sampai saat ini masyarakat Indonesia masih belum paham terkait hal itu. Pasalnya, setiap manusia memiliki kepribadian dan rasa suka terhadap hal masing-masing yang membuat mereka bahagia. Maraknya fenomena LGBT yang ada di Indonesia sebuah hal tabu pada saat ini sudah menjadi hal biasa di kalangan masyarakat, meliputi remaja hingga orang dewasa. Tepatnya di Kota Malang sendiri orientasi seksual dengan singkatan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexsual dan Transgender) sudah kerap dijumpai banyak orang bahkan sudah menjadi rahasia umum, terutama pada kalangan pelajar dan mahasiswa.

Berdasarkan temuan lokal times Malang, di Malang sendiri terdapat asosiasi masyarakat kaum LGBT melalui grup di sosial media seperti Facebook, Whatsapp sampai aplikasi tertentu untuk mencari pasangan. Hebohnya lagi, fenomena LGBT ini bukan menjadi momok yang mengerikan bagi masyarakat akan tetapi menjadi tantangan bagaimana masyarakat menanggapi akan fenomena tersebut. Sementara itu, di Kota Malang sendiri terdapat beberapa tempat untuk mereka berkumpul yakni seperti tempat coffe yang saat ini sangat digemari oleh anak muda hingga orang dewasa.

Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap bahwa fenomena LGBT adalah suatu penyakit menular sehingga banyak dari mereka berasumsi fenomena ini adalah hal yang miris dan memalukan. Dalam ilmu pekerja sosial medis yang membahas terkait HIV/AIDS fenomena LGBT ini ada kaitannya dengan sistem kesehatan manusia yang meliputi kesehatan jasmani, rohani, sosial dan spiritual. Lalu di manakah kaitan fenomena LGBT dengan kesehatan manusia?

Baca Juga :  Petani di Bangsal Mojokerto Tewas Gantung Diri di Depan Rumah

LGBT yang kini kerap kita temui di sebagian besar wilayah Indonesia mulai dari kota hingga pelosok yakni dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakat. Pakar menyebutkan bahwa LGBT ini tidak ditularkan melalui kesehatan jasmani maupun rohani, tetapi ditularkan secara sosial dan dilatar belakangi oleh life style, trauma, dan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya sosial media yang pada saat ini dapat diakses oleh siapapun dan di manapun untuk mendapatkan informasi termasuk informasi terkait fenomena tersebut yang sekarang mulai terbuka.

Dicontohkan saja dengan adanya lesbian yang ada di Kota Malang pada saat ini dengan data kurang lebih sekitar 168 orang yang tergabung dalam grup Whatsapp. Dan gay yang ada di Kota Malang terdapat kurang lebih sekitar 170 orang dengan bergabung di grup seperti Whatsapp dan Telegram.

Pada dasarnya, fenomena tersebut dapat dikelompokkan ke dalam penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dengan kategori minoritas. Ditinjau dari respon masyarakat terutama di Malang masih banyak yang memberikan diskriminasi terhadap hal tersebut. Padahal semuanya sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Bagi kaum LGBT, norma dan keadilan tidak dapat serta merta berjalan beriringan dengan keberadaan mereka, sehingga banyak masyarakat yang men-judge mental sebagai kaum yang tidak ’’normal’’.

Baca Juga :  Puluhan SD di Kabupaten Mojokerto Menumpang ANBK

Fenomena LGBT di Kota Malang disinggung menjadi salah satu faktor dalam upaya penyebaran penyakit menular HIV/AIDS. Di Kota Malang sendiri pada saat ini menurut data yang diambil dari Lokal Times pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2022 terdapat temuan sebanyak 298 orang. Dan 219 orang diantaranya disebabkan dari perilaku LGBT. Selain menjadi salah salu faktor dalam penyebaran virus HIV/AIDS, sepasang kekasih yang menjalin asmara di Malang ini juga berujung kasus pembunuhan pada bulan Januari 2022 lalu.

Dengan demikian semakin maraknya fenomena LGBT yang ada di Malang bahkan di Indonesia sendiri menjadi sebuah tantangan masyarakat dalam menyikapi secara bijak terkait pengkondisian lingkungan sekitar untuk tidak melakukan bullying serta judge mental terhadap kaum LGBT. Karena pada dasarnya kita semua memiliki hak untuk hidup dan hak dalam memeluk kebebasan. Seringkali kaum LGBT merasa dijauhi dan didiskriminasi oleh lingkungan sekitar yang menjadikan mereka akan semakin jauh dan merasa kesulitan dalam mengubah perilaku menyimpangnya tersebut. (*)

*Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/