27.7 C
Mojokerto
Thursday, June 8, 2023

Fenomena Penggunaan Singkatan Baru Bahasa Indonesia di Kehidupan Remaja

Oleh: Gladys Nicolin

KONDISI pada saat ini beberapa masyarakat Indonesia tidak menggunakan akronim atau singkatan kata yang tidak memiliki kesesuaian dengan Bahasa Indonesia. Bahkan ketika ada orang-orang yang tidak memakai beberapa kata singkatan yang telah dikenal, maka akan dianggap tidak mengikuti zaman. Banyaknya singkatan baru yang sering digunakan diakibatkan oleh perkembangan zaman yang memunculkan pola baru dalam interaksi dan menghasilkan istilah-istilah baru dalam bahasa Indonesia.

Bahasa singkatan sudah mulai meluas penggunaannya bahkan sering kita temui di sekitar kita, penggunaan tersebut baik secara tersirat, tersurat, dan lisan atau melalui media massa. Kata yang sering digunakan seperti GPP (tidak apa-apa), YTTA (yang tau-tau aja), OTW (berangkat), KUY (ayuk), dan masih banyak lagi. Kata-kata itu sering kita temui bahkan bahasa singkatan tersebut menjadi bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat terutama remaja di Indonesia pada saat ini.

Penggunaan bahasa singkatan yang tidak memiliki kesesuaian antara bahasa Indonesia maka akan berpotensi menimbulkan degradasi budaya dan bahasa Indonesia. Sentuhan bahasa-bahasa akibat modernisasi tersebut menyebabkan ketidaksesuaian antara budaya Indonesia sehingga justru menimbulkan perdebatan. Pada dasarnya memang kebudayaan bersifat dinamis dan akan berubah-ubah tetapi yang perlu di bahas pada saat ini apakah perubahan tersebut membawa dampak positif atau negatif, jika memang berdampak negatif ke pada kebudayaan tersebut maka sebaiknya dihindari. Salah satunya contoh yaitu pergeseran bahasa Indonesia akibat penggunaan bahasa singkatan yang tidak sesuai dengan dinamika bahasa Indonesia yang sesuai.

Ada beberapa bahasa singkatan yang tidak berkorelasi dengan Bahasa Indonesia sangat dominan digunakan oleh remaja dan telah menyebar ke berbagai tempat di Indonesia. Ada beberapa hal dan faktor yang mengakibatkan banyaknya bahasa singkatan digunakan oleh masyarakat antara lain:

• Melalui faktor lingkungan sekitar yaitu ketika seseorang nongkrong atau berkumpul dengan temanya maka di sana orang tersebut mendapatkan istilah-istilah bahasa singkatan tersebut karena ketika lingkungannya sering menggunakan bahasa singkatan tersebut maka anggota kelompoknya berpotensi untuk mengikuti bahasa singkatan tersebut.

Baca Juga :  Sopir Truk di Mojokerto Hendak Bunuh Diri, Sayat Pergelangan Tangan Sendiri

• Kedua yaitu perkembangan teknologi, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kehadiran bahasa singkatan tersebut juga disebabkan oleh perkembangan teknologi yaitu melalui media sosial dan internet. Apalagi teknologi menghiasi beberapa aspek kehidupan manusia mulai dari pendidikan, sosial, politik hingga kesehatan. Kecanggihan teknologi pada saat ini dirasakan oleh semua kalangan dari manapun sehingga media sosial dapat menghubungkan koneksi-koneksi di setiap wilayah, salah satu contoh hasil dari kecanggihan media sosial yaitu berkembangnya bahasa-bahasa singkatan dan lebih sering digunakan di media sosial sehingga merambat ke setiap kalangan pengguna sosial media.

Maraknya penggunaan Singkatan Bahasa Indonesia yang tidak sesuai tersebut pastinya akan berdampak ke pada beberapa hal antara lain:

• Tergerusnya Bahasa Indonesia, bahasa singkatan yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia mengakibatkan penggunaan Bahasa Indonesia digunakan tidak semestinya, karena mayoritas dari beberapa bahasa singkatan yang dikenal oleh masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Ketika bahasa asli Indonesia tergerus maka hal tersebut bukan sebuah hal cukup baik atau bahkan buruk karena hal tersebut akan mengancam degradasi bahasa.

• Pada dasarnya bahasa merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah, dalam hal ini adalah Indonesia. Ketika bahasa tersebut berpotensi rusak, maka hal lain di masyarakat juga akan rusak, hal ini disebabkan karena bahasa sangat berkorelasi dengan kebudayaan di daerah tersebut.

• Terjadinya konflik bahasa, penggunaan bahasa yang bersifat sensitif atau tidak sesuai dengan aturan berpotensi akan menimbulkan sebuah konflik secara bahasa, hal ini disebabkan beberapa masyarakat yang lain tidak mengetahui bahasa tersebut dan di sisi lain ada yang menganggap bahwa bahasa singkatan tersebut tidak sopan dan tidak baik.

Baca Juga :  Bolos, Dua Pelajar Merokok di Hutan Kota Diciduk Satpol

Penggunaan bahasa singkatan pada masyarakat Indonesia dapat menimbulkan fenomena baru di masa yang akan datang, faktor penggunaan singkatan tersebut lebih sering berasal dari lingkungan sosial dan media sosial. Jika hal ini diteruskan tanpa menghadirkan solusi bersama maka akan berpotensi terhadap hal-hal yang bersifat buruk seperti hilangnya bahasa asli, terancamnya budaya asli, dan konflik bahasa.

Pada dasarnya kemunculan bahasa singkatan pada saat ini menjadi salah satu media komunikasi masyarakat Indonesia, yang di mana berpotensi mengesampingkan bahasa formal. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan bahasa singkatan tersebut maka ketika berkomunikasi cenderung lebih santai dan tidak tegang, selain itu alasan lain mereka menggunakan bahasa singkatan ini yaitu agar terlihat lebih up to date, kece, dan lebih muda, karena ketika menggunakan bahasa formal atau baku terlibat lebih kuno atau tua. Selain itu bahasa memang bagian dari kebudayaan dan bahasa juga pastinya akan berkembang seiring berjalannya waktu. Tetapi jika bahasa formal atau baku Indonesia hilang maka akan menjadi bumerang bagi masyarakat Indonesia.

Penggunaan bahasa singkatan pasti akan merusak segala tatanan bahasa Indonesia yang telah dibentuk. Ketika semakin banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan singkatan maka penyimpangan bahasa Indonesia akan terus bertambah, jika penyimpangan tersebut ada maka akan menghambat segala pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena dengan adanya bahasa singkatan yang muncul di akhir-akhir ini, maka jangan sampai penggunaan bahasa Indonesia menjadi luntur karena kurangnya kesadaran dalam diri kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidahnya di negeri sendiri.

*Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/