31 C
Mojokerto
Monday, June 5, 2023

Ratusan Hektare Padi Terancam Puso

Suplai Air Macet di Empat Desa

KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Ratusan hektare padi milik petani empat desa yang tersebar di Kecamatan Sooko, dan Trowulan terancam puso. Itu setelah suplai air saluran irigasi dari Sungai Ngotok Ring Kanal mengering akibat Dam Yani dibuka BBWS Brantas.

Seperti yang terpantau di kawasan pertanian, Dusun Kedawung, Desa Bicak. Hamparan lahan sawah mengering akibat kekurangan air. Tanahnya pun retak-retak. Akibatnya tanaman padi yang berusia 10 hari hingga 50 hari tanam, mulai menguning dan terancam mati. ’’Kekeringan ini sudah 12 hari, padi tidak teraliri air,’’ ungkap Sugiyat salah satu anggota kelompok tani, kemarin.

Menurutnya, kekeringan ini akibat Dam Yani yang berada di perbatasan Trowulan dengan Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang dibuka oleh BBWS Brantas lantaran ada pengerjaan proyek normalisasi di sepanjang Sungai Ngotok Ring Kanal. Termasuk, rehabilitasi Bendung Yani. Sayangnya, proyek yang seharusnya memberi asas manfaat malah berdampak negatif bagi para petani di sejumlah desa di Kabupaten Mojokerto. ’’Total ada sekitar 500-an hektare lebih padi petani kena dampak proyek BBWS Brantas. Sebagian padi bahkan sudah mulai menguning karena kekurangan pasokan air,’’ sesalnya.

Baca Juga :  Dewan Soroti Proyek BBWS Brantas

Ratusan hektare itu tersebar di sejumlah desa. Meliputi, Desa Bicak, Mojoranu, dan Balongwono, Kecamatan Trowulan, serta Desa Tempuran, Kecamatan Sooko. Karena terancam gagal panen warga sempat melakukan protes ke UPTD Pengairan. Hanya saja keluhan petani tersebut tak membuahkan hasil. Hingga akhirnya warga difasilitasi Dinas PUPR Kabupaten Jombang pada Sabtu (24/9). ’’Tapi meski akhirnya Dam Yani kembali ditutup, tapi sampai sekarang (kemarin) air belum bisa naik dan mengalir ke sawah petani karena rongga tanahnya besar-besar,’’ tuturnya.

Untuk menyelamatkan lumbung pangan mereka, para petani terpaksa mengaliri sawahnya dengan pompa air. Namun, upaya itu juga belum maksimal. Selain sudah 12 hari lahan sawah mengering, tanahnya juga pecah-pecah. ’’Sejak awal memang tidak pernah ada koordinasi, padahal itu suplai air satu-satunya untuk pertanian,’’ sesalnya.

Baca Juga :  Penanganan Sampah di Kabupaten Mojokerto Tak Kunjung Tuntas

Jamil, petani lain juga menyayangkan langkah BBWS Brantas membuka Dam Yani tersebut. Selain tak ada koordinasi, saat ini petani tengah membutuhkan air untuk tanaman padinya. ’’Kalau yang umur 10 ini sudah tidak berkembang, kalau yang umur 20 hari tidak bisa beranak, kalau toh nanti panen, hasilnya pasti menyusut banyak,’’ katanya.

Terpisah, Kades Bicak, Yunita Dwi Ratnasari membenarkan jika beberapa hari ini para petani di desanya terancam merugi. Sebab, banyak tanaman padi sudah menguning akibat kekurangan pasokan air. ’’Desa juga sangat menyayangkan karena sejak awal tidak pernah koordinasi dengan desa. Akibatnya para petani dirugikan,’’ ungkapnya.

Sebagai tindak lanjut, kelompok tani dan desa sempat wadul ke DPRD dan Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto. ’’Memang ada bantuan BBM untuk pompa air, tapi karena sudah mengering lama, sulit diselamatkan. Kalau itu bisa teraliri hasil panennya terancam menyusut,’’ tuturnya. (ori/ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/