KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Satu keluarga di Dusun Wonokerto, Desa Wonodadi, Kecamatan Kutorejo, terpaksa mengungsi. Rumah yang mereka tinggali selama puluhan tahun terancam ambruk akibat longsor. Bahkan, sebagian bangunan rumah dua lantai di tepi Sungai Sumberkembar itu kondisinya sudah menggantung.
Longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur Kabupaten Mojokerto Selasa (14/3) sore. Tingginya debit Sungai Sumberkembar menggerus sejumlah titik revetment atau tebing plengsengan sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Salah satunya yang berada persis di sisi utara jembatan penghubung Dusun Wonokerto dan Dusun Sumberkembar, Desa Wonodadi.
Pantauan di lokasi kemarin (15/3), revetment setinggi 15 meter ambrol sepanjang enam meter. Tebing sisi barat Sungai Sumberkembar itu tergerus sedalam 1,5 meter. Jembatan pun ditutup untuk kendaraan roda empat ke atas. Kejadian longsor ini berdampak ke bangunan rumah milik Susilo Atmojo, 47, warga Dusun Wonokerto. Sebagian fondasi rumahnya kini menggantung. ”Awalnya hujan lebat lama, terus meluap sampai ambrol,” kata Susilo.
Bangunan rumah seluas 20 x 25 meter tersebut berada tepat di sisi timur sungai. Rumah berusia lebih dari 50 tahun itu ditinggali Susilo bersama istri dan kedua anaknya. Setelah kejadian longsor, rumah kini dikosongkan. Susilo khawatir longsor susulan sewaktu-waktu membuat rumahnya ambruk. Demi keamanan, dia dan keluarga terpaksa mengungsi ke tempat tinggal orang tua yang masih satu desa. ”Tidak berani menempati, soalnya seperempat bagian rumah sudah menggantung,” tuturnya.
Tim BPBD dan Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto kemarin meninjau lokasi revetment yang longsor dan menggerus bangunan rumah warga ini. Kepala DPUPR Rinaldi Rizal Sabirin menilai, DAS Sungai Sumberkembar yang berada di bawah naungan BBWS Brantas butuh penanganan kompleks. Debit sungai tak terkendali dan menghanyutkan sampah bambu sehingga memicu sejumlah kerusakan.
Khusus dampak kerusakan yang mengancam rumah warga, pihaknya akan bersurat ke BBWS agar segera bisa melakukan penanganan darurat. ”Mungkin nanti akan kami buat semacam bangunan pengontrol air secara darurat untuk mencegah supaya tidak ada kerusakan yang lebih parah,” bebernya di lokasi. Biaya penanganan itu akan diusulkan melalui dana Belanja Tak Terduga (BTT) yang dianggarkan pemkab sebesar Rp 30 miliar untuk penanganan bencana.
Terpisah, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Djoko Supangkat mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan kawat bronjong untuk menambal revetment yang mengalami longsor. Sedangkan, material batu pengisi bronjong akan diupayakan pihak desa. Dalam hal ini, Dinas PUPR menyiapkan alat berat sehingga perbaikan sementara bisa segera dikerjakan. (adi/ron)