KOTA, Jawa Pos Radar Mojokerto – Aksi ribuan pesilat yang meluruk Polres Mojokerto Kota, Kamis (9/3) malam tak lepas dari belum terpecahkannya pengusutan empat kasus dugaan penganiayaan yang dialami rekan mereka setahun belakangan. Mereka menuntut penyidik segera menyelesaikan laporan pengeroyokan yang selama ini dianggap jalan di tempat. Sehingga dugaan penganiayaan bisa terungkap siapa oknum pelaku yang ditetapkan sebagai tersangka.
’’Satu kasus Dawarblandong belum terselesaikan, kasus Kemlagi belum terselesaikan, kasus Gedeg belum terselesaikan, dan terakhir kasus Jetis juga belum terselesaikan. Bagaimana ini pak, empat kasus belum terselesaikan. Kami sebagai orang bawah, ingin tahu, bagaimana jalan pintasnya,’’ tandas Yanto, perwakilan massa dihadapan anggota kepolisian kemarin.
Kasatreskrim Polres Mojokerto Kota AKP Bambang Tri Satrisno yang menemui pendemo menegaskan, laporan dugaan pengeroyokan masih terus diselidiki. Hanya saja, lanjut dia, sampai saat ini penyidik mengaku kesulitan dalam menemukan saksi sebagai kelengkapan bukti untuk menentukan pelakunya. ’’Kami sudah memeriksa saksi-saksi sebanyak enam orang. Kendala kami adalah, tidak ada saksi yang melihat jelas siapa pelakunya, seperti apa ciri-ciri pelaku. Kalau tidak percaya, kami tunjukkan berkas pemeriksaannya di dalam,’’ tegasnya.
Senada dengan Kasatreskrim, Kapolres Mojokerto Kota, AKBP Wiwit Adisatria yang turut menemui ribuan pesilat dari Mojokerto dan luar Mojokerto juga mengaku adanya kesulitan yang dialami penyidiknya. Akan tetapi, hal itu bukan berarti pengusutan kasus jalan di tempat. Pihaknya optimis, semua permasalahan bisa segera terpecahkan. ’’Kesulitan pasti ada, tapi kami yakin pasti ada kemudahan. Karena tidak ada kejahatan yang tidak meninggalkan jejak,’’ tambahnya.
Hanya saja, AKBP Wiwit tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah. Pengumpulan bukti dan saksi yang otentik harus menjadi prioritas sebelum menentukan pelakunya. ’’Kami akan kejar terus. Tapi tentunya kita juga menomorsatukan praduga tak bersalah. Kami tak bisa serta merta menuduh seseorang. Kami masih kumpulkan bukti yang kuat, mungkin nanti akan kami naikkan statusnya,’’ ujar Kapolres.
Dalam aksinya, ribuan pesilat datang mulai pukul 21.00 hingga 22.30 itu sempat menutupkan Jalan Bhayangkara, Kota Mojokerto depan Mapolres Mojokerto Kota. Dengan membawa atribut, mereka datang dari berbagai daerah. Baik dari Kota dan Kabupaten Mojokerto hingga luar daerah seperti Lamongan, Nganjuk, Jombang dan Madiun. Sebagian besar datang berboncengan mengendarai motor sembari membawa atribut perguruan silat.
Tidak hanya satu barisan, kedatangan massa bahkan sampai menutup akses jalan kedua arah, baik dari simpang empat Miji hingga simpang Jalan Bhayangkara-Jalan PB Sudirman. Kedatangan para pesilat ini juag diantisipasi kepolisian dengan menerjunkan sejumlah personel. Termasuk satu kompi Brimob Polda Jatim dan Kodim 0815 guna membantu pengamanan.
Dengan penjagaan ketat, aspirasi perwakilan massa lantas diterima petugas. ’’Kalian datang ke sini kami terima meskipun tanpa pemberitahuan,’’ ujar Kasatsabhara Polres Mojokerto Kota AKP Anang Leo.
Setelah hampir dua jam menyuarakan tuntutan dan mendengar jawaban dari kepolisian, massa pun berangsur membubarkan diri, tepat pukul 23.00. Dengan dikawal petugas kepolisian, mereka meninggalkan lokasi melalui beberapa jalan protokol. Meliputi Jalan Mojopahit, Jalan PB Sudirman dan Jalan Gajah Mada. (far/fen)