31 C
Mojokerto
Monday, June 5, 2023

Tunda Rindu Kampung Halaman

TAK terasa sudah tiga tahun ini saya hidup di tanah perantauan. Kalau boleh bercerita, sebelumnya tak ada rencana sedikitpun untuk tinggal jauh dari luar tanah kelahiran, Pulau Jawa.

Namun, saat ini, takdir telah memilih saya untuk mencari rezeki dan bermukim di tengah Kota Sampit, Kalimatan Tengah (Kalteng). Bahkan, di ibu kota dari Kabupaten Waringin Timur ini, saya juga dipertemukan jodoh oleh Allah SWT seorang istri yang kini menjadi pendamping hidup saya.

Nuansa Ramadan seperti saat inilah yang menjadi momen di mana saya paling merindukan suasana di kampung halaman. Rindu akan bisingnya patrol anak-anak kampung yang berkeliling untuk membangunkan sahur, ngabuburit di pedesaan, hingga berbuka dengan makanan-makanan khas Jawa.

Maklum, saya lahir dan besar di Kabupaten Mojokerto. Tepatnya, di Dusun Ketemas, Desa Ketemas Dungus, Kecamatan Puri. Suasana Ramadan seperti itulah yang tidak bisa saya jumpai di Kota Sampit dan sekitarnya.

Baca Juga :  BPJS Kesehatan Beri JKN untuk Keluarga Penyanyi Cilik Farel

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Kota Mentaya ini, semuanya benar-benar menjadi pengalaman baru bagi saya. Mulai dari bahasa, tradisi, budaya, hingga menu makanan yang membuat lidah saya juga harus beradaptasi.

Seperti di Jawa, dalam rangka menyambut Ramadan, warga menggelar tradisi megengan dengan kue apem sebagai hidangan khasnya. Sementara di Sampit, makanan tradisional yang cukup populer selama bulan suci adalah kue bingka.

Ya, adonan jajanan berbahan dasar kentang dan telur itu menjadi salah satu kuliner yang paling diburu selama bulan puasa. Selain itu, juga ada kudapan tradisional yang disebut masyarakat sekitar amparan tatak. Kue berbahan dasar tepung beras dan santan ini juga menjadi jajanan yang tidak ketinggalan selama Ramadan.

Namun, berbagai kudapat khas tersebut seakan belum dapat mengobati kerinduan akan santapan khas Jawa. Keinginan tersebut sepertinya sulit untuk bisa saya wujudkan. Terlebih setelah saya mendengar kabar, bahwa Jawa Timur akan menerapkan pembatasan sosial bersakala besar (PSBB), terhitung mulai 28 April ini.

Baca Juga :  Mendag Jamin Harga Pangan Stabil Memasuki Ramadan 1444 H

Upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 itu diterapkan meliputi, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, serta Kabupaten Gresik. Kalau sudah seperti itu, apa boleh buat. Sepertinya sudah tak ada lagi kesempatan bagi saya untuk mudik tahun ini. Apalagi, pemerintah telah resmi melarang mudik Lebaran.

Kalau pun memaksa pulang, saya belum tentu lolos dari pemeriksaan di checkpoint yang didirikan di tiap perbatasan. Sehingga pilihan yang terbaik untuk Lebaran tahun ini adalah menahan rindu untuk tidak pulang kampung. Untungnya, semua kemungkinan akibat dampak dari pandemi ini sudah saya persiapkan sejak awal.

Tentu, saya berharap, semoga dengan berkah Ramadan bisa mengakhiri wabah Covid-19 ini. Sehingga semua keluarga saya dan seluruh warga Kabupaten Mojokerto senantiasa sehat dan diberi perlindungan oleh-Nya.  

*Disarikan dari hasil wawancara Jawa Pos Radar Mojokerto.

 

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/