RUMAH Pintar Pemilu (RPP) Tantular, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Mojokerto, diresmikan Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa, pekan lalu. Di gedung sederhana ini, tak hanya menyajikan edukasi berdemokrasi. Namun, pengunjung diajak merasakan pesta demokrasi kali pertamanya, pada tahun 1955.
Ketua KPU Kabupaten Mojokerto Ayyuhanafiq, mengatakan, sengaja memajang literasi pemilu perdana agar masyarakat memahami jika pemilihan kepala daerah dan munculnya partai politik ini sudah terjadi sejak lama. ’’Sebagai bentuk edukasi. Agar masyarakat tahu tentang pesta demokrasi di era masa lalu,’’ ujarnya.
Di tahun itu, Yuhan membeber, jumlah partai politik sudah mencapai 16. Mereka memperebutkan 35 kursi legislatif. Dan, dari jumlah itu, hanya tujuh parpol yang berhasil mendapat simpati masyarakat. Ketujuh parpol itu adalah Partai NU dengan perolehan 75.714 suara atau memperoleh 11 kursi, PNI mendapatkan 68.583 suara dan berhak 10 kursi, PKI dengan 57.068 suara dan memperoleh 8 kursi, Masyumi sebanyak 22.138 suara dan memperoleh 3 kursi.
Sementara, tiga partai masing-masing mendapatkan satu kursi. Yakni PRI (Bung Tomo) mendapatkan 8.049 suara, Salim bin Thalib mendapatkan 2.286 suara dan PSI (Syahrir) sebanyak 1.877 suara. Yuhan menambahkan, kesuksesan Partai NU di ajang pemilu perdana itu, di bawah tampuk kepemimpinan KH Dimyati dan KH Achyat Chalimy. KH Dimyati yang menjabat imam besar Masjid Kauman ditunjuk sebagai Rois Suriyah dan KH Achyat Chalimy didapuk menjadi ketua Tanfidziyah. Mereka berdua berhasil membawa Partai NU memenangi Pemilu lokal di Mojokerto.
Selain itu, di RPP Tantular, penikmat juga bisa menyaksikan berbagai foto pemilu perdana. Di sana, banyak terpajang pemasangan foto spanduk-spanduk, hingga bendera partai yang terpasang di berbagai sudut jalan. Bahkan, saat para simpatisan dan kader partai politik tengah melakukan kampanye juga tertata apik.
Pemilu perdana di tanah Majapahit, kata Yuhan, juga tak pernah mengalami perubahan yang panjang. Mulai dari penataan hingga papan perhitungan suara. ’’Yang membedakan, bilik suaranya. Dulu, mirip lemari dengan penutup kain,’’ pungkasnya.