Sejak era kolonial, Kota Mojokerto sudah menjadi jantung perekoniman masyarakat. Setidaknya terdapat lima pasar tradisonal yang berdiri di tengah kota. Salah satu yang masih eksis dan belum berubah fungsi adalah Pasar Tanjung Anyar. Meski berusia paling muda, namun keberadaan pasar terbesar di Kota Onde-Onde itu menjadi penanda berlakunya retribusi yang diebankan kepada pedagang.
Sejarawan Mojokerto Ayuhanafiq mengungkapkan, Pasar Tanjung Anyar didirikan paling akhir dibanding deretan pasar tradisonal lainnya. Pembangunan fasilitas perdagangan tersebut dilakukan oleh Gemeente atau Pemerintah Kota Mojokerto pada pertengahan dekade 1920-an.
’’Salah satu tujuan dibangunnya Pasar Tanjung Anyar adalah untuk menggantikan Pasar Pahing,’’ terangnya. Pasar Pahing adalah pasar tradisional yang dulu berada di kawasan Jalan Letkol Soemadjo. Namun, gemeente memutuskan untuk membangun pasar baru menggantikan peran dari pusat perniagaan yang juga dikenal sebagai Pasar Pelabuhan itu.
’’Karena secara kualifikasi luasan sudah tidak bisa dikembangkan lagi. Sementara kebutuhan perdagangan cukup meningkat pada saat itu,’’ ulasnya.
Diperkirakan, Pasar Tanjung Anyar didirikan pada tahun 1927 di sebuah lahan dekat Kelenteng Hok Sian Kiong. Pria yang akrab disapa Yuhan ini menyebut, pusat perdagangan itu dibangun dengan konsep yang lebih modern.
Bahkan di dalamnya juga disediakan dengan fasilitas air bersih siap minum dan saluran pembuangan limbah atau sanitasi. Sehingga, perniagaan yang yang awalnya dinamakan Pasar Anyar itu menjelma menjadi tempat yang nyaman untuk aktivitas jual-beli.
’’Meski fasilitasnya lebih modern, tetapi fungsinya tetap sebagai pasar tradisonal,’’ imbuhnya. Di sisi lain, pembangunan Pasar Tanjung Anyar juga dilatarbelakangi untuk menggenjot pendapatan asli daerah (PAD).
Sebab, pada saat itu, pemerintah kolonial sudah memberlakukan undang-undang pajak. Sehingga, pemerintah daerah mulai diperkenankan mengelola beberapa retribusi. Dan, pasar menjadi salah satu sektor yang dimasukkan dalam daftar sumber pemasukan gemeente.
’’Maka, sejak saat itu mulai retribusi mulai dibebankan kepada para pedagang di Pasar Tanjung Anyar. Bahkan, menyusul kemudian hampir semua pasar juga dikenakan rertibusi dari sebelumnya tidak ada,’’ papar Yuhan.
Dengan sentuhan pembangunan yang modern dan luas, Pasar Tanjung Anyar kemudian menjadi salah satu jujukan pembeli. Meskipun, pada saat itu juga terdapat pasar tradisional lainnya yang juga masih eksis. Antara lain, Pasar Kliwon, Pasar Kranggan, dan Pasar Prapanca.
Sebaliknya, nasib Pasar Pahing perlahan mulai meredup. Tidak hanya karena ditinggal pedagang, para pembeli juga telah beralih ke Pasar Tanjung Anyar yang menyediakan berbagai kebutuhan yang jauh lebih lengkap. (ram/abi)