SEMENTARA itu, setelah resmi berdiri, PC NU Mojokerto segera membentuk kepengurusan. Kiai Zainal Alim menakhodai organisasi pada periode awal setelah terpilih sebagai rais syuriah yang pertama. Sedangkan kursi ketua tanfidziah dipercayakan kepada Muhammad Kahfani.
Ayuhanafiq menambahkan, dalam menjalankan PC NU Mojokerto, Kiai Zainal Alim dibantu Kiai Muhammad Rozihan sebagai katib syuriah. Selain itu, beberapa ulama lainnya juga ditunjuk menjadi Ahlul Ahli wal Aqli (Ahwa).
Deretan nama yang ditunjuk sebagai pembantu syuriah tersebut meliputi Kiai Muhammad Nawawi, Kiai Muhammad Hafidz, Kiai Abdul Barri, Kiai Muhammad Imam, Kiai Muhammad Muridan, Kiai Muhammad Dimyati. Sedangkan posisi mustasyar diisi Kiai Muhammad Sa’id. ’’Struktur NU pada masa awal memang tidak seperti kepengurusan lembaga yang ada saat ini,’’ tuturnya.
Disebutkan Yuhan, struktur PC NU Mojokerto di tahun 1929 juga terdapat enam posisi yang disebut komisaris. Masing-masing ditempati Muhammad Dimyati, Muhammad Subhan, Muhammad Kholil, Abdurrahman, Astro Bana, dan Abu Khiar. ’’Posisi komisaris ini bertugas menjalankan tugas organisasi dalam bidang-bidang tertentu,’’ bebernya.
Sedangkan Ketua Tanfidziah PC NU perdana diduduki Muhammad Kahfani. Kursi wakil tanfidziah terdapat nama Abdurrahim. Sementara sekretaris dan wakil sekretaris diisi Astro Husain H. Dahlan. Untuk bendahara dijabat oleh M. Idris.
Meski tercatat berdiri 1929, namun roda organisasi NU di Mojokerto rupanya sudah berjalan sebelumnya. Karena pada tahun 1928 juga sudah terbentuk struktur organisasi mulai dari rais syuriah hingga tanfidziah. Namun, sebagian nama-nama ulama sama dengan kepengurusan yang dibentuk setelah Kiai Wahab Chasbulloh bertandang ke Mojokerto. ’’Kemungkinan keberadaan cabang NU di Mojokerto memang sudah ada sebelumnya. Tapi secara formal baru ditetapkan tahun 1929,’’ tandasnya.
Sehingga, imbuh Yuhan, kedatangan Kiai Wahab dan Kiai Bisri dalam musyawarah kiai di Mojokerto bertujuan untuk melakukan verifikasi faktual. Itu menyusul akan diselenggarakannya Muktamar ke-4 NU di Semarang.
Dengan disahkannya kepengurusan oleh PB NU, maka status Mojokerto yang sebelumnya hanya sebagai cabang persiapan kemudian ditetapkan menjadi PC NU di tahun 1929. Sehingga, Mojokerto pun mendapat kesempatan untuk menghadiri muktamar yang pertama digelar di luar Kota Surabaya tersebut. (ram/fen)