28.8 C
Mojokerto
Sunday, April 2, 2023

Sumber Air Goa di Desa Pucuk, Dawarblandong

Mata air di Goa Dusun/Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, merupakan sumber penghidupan dari generasi ke generasi. Kendati kebutuhan air telah diirintegrasi melalui saluran perusahaan daerah air minum (PDAM), sumur kecil yang mengalir sepanjang musim ini tetap menjadi konsumsi utama. Tak hanya menawarkan kesegaran, kemurniannya bahkan dianggap mampu menyembuhkan penyakit.

Menyebut nama Sumur Pucuk tak bisa dilepaskan dari keberadaan goa yang berada di sisinya. Keduanya setarikan napas ketika menyinggung satu lokasi yang berada di sisi selatan Jalan Raya Dawarblandong-Kedamean. Letaknya persis di pertigaan masuk Dusun Pucuk. Goa berupa bongkahan batu setinggi kira-kira lima meter dari badan jalan itu di kelilingi pohon-pohon besar.

Tak jauh dari sana, sekitar tiga meter di sisi timur terdapat sumber mata air. Sebuah sumur tua yang hingga kini masih dimanfaatkan warga. Mereka biasa mengambil air menggunakan jeriken untuk dibawa pulang. Kegiatan ngangsu atau mengambil air biasanya dilakukan secara bareng-bareng saat pagi dan sore hari. Air sumur ini dipakai untuk mencukupi kebutuhan konsumsi warga selama bertahun-tahun. Mulai dari memasak hingga diminum. ’’Sebelum ada PDAM semua orang Pucuk ambil air di sini,’’ ucap Repan, 63, warga setempat.

Baca Juga :  Ferdy Sambo Ditempatkan di Ruangan khusus Mako Brimob Polri

Bahkan, sumur tersebut juga menopang kebutuhan penduduk luar dusun. Menurut dia, mata air dari goa tersebut abadi. Kendati musim kemarau panjang, sejak Repan lahir, sumur tak pernah mengalami kekeringan. Bahkan, ketika PDAM telah masuk, warga tetap memenuhi kebutuhan air dari sumur tersebut. ’’Pokoknya yang fanatik air sumur, tidak mau minum air PDAM. Tetap ambil di sumur ini,’’ imbuh pemilik bengkel di sekitar lokasi tersebut.

Selain sudah terbiasa, lanjutnya, banyak warga yang menganggap air yang mengalir dari bawah goa tersebut memiliki kesegaran tersendiri. Mereka belum puas jika belum minum air tersebut. ’’Airnya itu bening, jernih, seperti dari pegunungan,’’ ucap dia.

Repan menyebut, tidak sedikit warga yang meminum air secara mentah tanpa melalui proses dimasak. Air sumur ini memang khusus dikonsumsi. Untuk kebutuhan lainnya, warga baru menggunakan air dari saluran PDAM. Seperti kebutuhan mencuci, mandi, serta kebutuhan lain. Bahkan, kini, menurut Repan, terdapat warga yang khusus menjadi tukang ngangsu. Dia mengambil air dari sumur untuk dibawa ke rumah-rumah warga. Setiap satu jeriken dibayar Rp 2 ribu. (adi/abi)

Baca Juga :  Sengketa Pasar Niaga Mojosari Kembali Menghangat

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/