Keinginan Abdul Latif untuk berangkat haji tahun ini terpaksa harus ditunda. Kondisi fisiknya tidak lagi memungkinkan untuk menjalani rukun Islam kelima itu. Ayah delapan anak ini mengalami patah tulang kaki kiri setelah terjatuh. Musibah itu dialami menjelang jadwal keberangkatan haji.
TIDAK banyak yang bisa dilakukan oleh Abdul Latif. Waktunya kini lebih banyak dihabiskan di atas tempat tidur. Balutan perban bekas operasi di bagian paha kirinya masih melekat.
Warga Lingkungan Penarip Gang 2, Kelurahan/Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto ini harus mejalani tindakan operasi setelah mengalami patah tulang akibat terjatuh di kamar mandi. ’’Alhamdulillah sekarang sudah agak baikan,’’ ucap Abdul Latif lirih mengawali obrolan di rumahnya.
Insiden itu bermula pada Kamis (5/7) malam lalu. Saat itu, dia hendak ke kamar mandi. Sesaat setelah masuk, tiba-tiba dia terpeleset dan tersungkur ke lantai. ’’Tahu-tahu sudah di lantai. Mau bangun dan duduk sudah tidak bisa,’’ terangnya.
Abdul Latif hanya bisa berteriak minta tolong. Hingga akhirnya ditolong putranya bungsunya, Idi Prayogi, yang tinggal serumah dengannya. Karena kondisinya cukup parah, Jumat (5/7) dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Gatoel, Kota Mojokerto. Dokter pun menyarankan untuk segera dilakukan operasi karena tulang pangkal pahanya patah.
Selain harus menahan sakit akibat luka yang dialami, Abdul Latif juga harus menunda impiannya. Pasalnya, kakek 88 tahun ini telah tercatat sebagai calon jamaah haji (CJH) yang berangkat tahun ini. Seluruh tahapan haji sudah diselesaikan. Mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga pelunasan Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH).
Tetapi, takdir berkehendak lain. Dua minggu jelang keberangkatan, Abdul Latif mengalami musibah. Dia pun harus merelakan namanya dicoret dari daftar 133 CJH yang dilepas Wali Kota Ika Puspitasari siang ini ke Asrama Haji Embarkasi Surabaya. ’’Gusti Allah yang menghendaki saya seperti ini, nggeh mau bagaimana lagi,’’ ungkapnya.
Jauh hari sebelum jadwal keberangkatan, dia mengaku sudah melakukan berbagai persiapan. Salah satunya dengan menyiapkan kondisi fisik agar tetap kuat menjalani ibadah haji. Abdul Latif mengatakan, setiap pagi dia rutin melakukan jalan kaki dengan menempuh jarak ratusan kilometer dari rumahnya.
’’Saya lakukan setelah salat subuh di masjid. Saya latihan olah raga karena saya tahu kalau haji itu jalannya jauh,’’ paparnya. Namun apa daya, dia menyadari kalau fisiknya kini sudah tidak mampu lagi dipaksa untuk berangkat ke Tanah Suci.
Abdul Latif menyatakan kalau mendaftar sejak 6 tahun lalu. Sebenarnya, dirinya tidak mendapatkan jatah berangkat tahun ini. Namun, karena pertimbanagn umur, mengajukan percepatan lanjut usia (lansia). Sehingga, dia bisa mendapatkan satu jatah kursi untuk terbang pada musim haji tahun ini.
Sebenarnya dia tak sendiri. Abdul latif mendaftar bersama istrinya, Afiyah. Namun, keduanya juga tidak bisa bersama-sama berangkat. Afiyah didiagnosa mengalami stroke yang mengakibatkan kakinya tidak lagi mampu berjalan.
Meski demikian, kakek yang sebelumnya penjahit pakaian ini tetap memiliki semangat yang tinggi. Dia masih yakin untuk berangkat haji tahun depan. Dia juga berkesempatan untuk berangkat bersama putrinya yang mendapat porsi haji 2020 mendatang.
’’Makanya saya minta surat tunda sampai tahun depan. Karena saya tetap kepingin haji. Semoga diparingi Gusti Allah kesehatan biar bisa berangkat bersama anak putri saya,’’ tandasnya. (rizal amrulloh)