Perkembangan olahraga yang semakin modern cukup menarik simpati bagi kawula muda. Khususnya di Kota dan Kabupaten Mojokerto yang banyak bermunculan jenis olahraga baru baik di tingkatan klub amatir hingga profesional. Kemunculannya pun segaris dengan banyaknya atlet muda yang getol berlatih demi bisa melanjutkannya sebagai karir utama.
Perjuangan dalam menunjukkan eksistensi atlet muda bukannya tanpa tantangan dan hambatan. Bahkan tidak cukup hanya dengan sekedar latihan, tapi juga butuh modal besar dan pengakuan yang cukup lama.
Srikandi Majapahit sebagai wadah pembinaan sepak bola putri satu-satunya di Mojokerto bahkan belum bisa mewujudkan diri sebagai tempat pembinaan yang efektif. Mengingat legalitas dan modal yang terkumpul mulai awal pembentukan 2018 hingga saat ini masih belum kuat.
’’Kami sendiri masih belum terdaftar resmi sebagai klub. Dan modal juga pas-pasan karena dari awal memang anak-anak semangatnya adalah kemandirian. Karena untuk bisa berkompetisi, harus diakui legal formalnya di PSSI pusat. Sementara ini kami hanya bisa menyalurkan bakat pemain ke tim yang sudah profesional,’’ terang Sekretaris Manajemen Srikandi Majapahit, Alfiyah Berliyana.
Namun Alfiyah menegaskan optimismenya akan masa depan sepak bola putri maupun olahraga lainnya menjadi lebih baik. Bahkan potensi sepak bola putri menjadi industri sangat besar peluangnya. Hal ini tak lepas dari magnitude besar yang ditunjukkan masyarakat terhadap eksistensi pemain maupun atlet. ’’Sebenarnya bisa menjadi industri, tergantung dengan komitmennya saja,’’ tandas ibu dua anak ini.
Hal yang sama juga diutarakan Cornelius Candra, pegiat sekaligus Ketua Asosiasi Futsal Kota (AFKOT) Mojokerto. Magnitude besar yang ditunjukkan masyarakat menjadi faktor utama olahraga bisa berkembang menjadi lebih terukur dan terstruktur. Bahkan bisa menjadi industri yang menjanjikan sehingga menjamin masa depan para atletnya. Tentunya dengan dukungan modernisasi sedemikian rupa sebagai fasilitas utama olahraga.
’’Diakui atau tidak, berdirinya AFKOT Mojokerto ini juga tak lepas dari tingginya perhatian masyarakat. Makanya kami memberanikan diri membentuk AFKOT sebagai tempat pembinaan resmi dengan program yang terukur dan terstruktur,’’ tambahnya.
Ketua KONI Kabupaten Mojokerto, Suher Didieanto menjelaskan, tingginya geliat kawula muda dalam berolahraga juga tak lepas dari dukungan pemerintah yang menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana pendukung. Mengingat, kini banyak tersedia ruang publik yang bisa dijadikan tempat untuk mengasah diri agar lebih berprestasi lagi ke depannya.
’’Ya pemerintah pasti hadir dengan permintaan dan antusiasme masyarakat terhadap olahraga. Adanya Porprov dan PON adalah bentuk dari fasilitasi dari pemerintah terhadap masyarakat dalam menunjukkan eksistensinya sebagai atlet profesional,’’ pungkasnya. (far/fen)