Dinamika fashion selalu dinamis. Tren ini selalu berubah dan tak akan pernah berhenti. Selalu ada yang baru dan fresh seiring berkembangnya zaman. Seperti tren sarung sebagai daily outfit yang diganderungi banyak remaja.
Selama ini, sarung selalu identik dengan mereka yang sudah berumur. Atau hanya digunakan untuk acara keagamaan. Penampilan sarung pun sering dinilai kaku dan tidak fashionable. Namun, bayangan tersebut tak berlaku bagi Yufri Ardiansah.
Pria akrab disapa Ardi ini mengaku sudah lama mengenakan sarung menjadi outfit sehari-hari. ”Sudah sejak 2018 dulu. Karena dulu memang ada event fashion. Tapi, setelah kebiasaan, karena event pakai sarung yang di model-model gitu akhirnya keterusan sampai sekarang,” ujarnya.
Lalu, pria 30 tahun ini menambahkan, biasanya dia memadukan sarung menggunakan pakaian batik atau kemeja. Sebab, sarung yang dipakai untuk nongkrong dan bersantai lebih serasi dengan atasan yang kasual.
Karena, kerap memakai sarung, Ardi memiliki banyak jenis sarung. Mulai yang bercorak batik hingga motif ecoprint. Namun, ia mengaku lebih suka mengenakan sarung bercorak etnik khas untuk membuat tampilan outfit-nya lebih menarik. ”Jadi, bukan yang kotak-kotak (motif sarung). Selain itu cara pakainya juga dimodif gitu. Ada yang seperti pakai kain gaya Bali, biar kesannya nggak kaku,” jelas warga asal Kecamatan Jetis ini.
Ardi memaparkan, kebiasaan memakai sarung menjadi pakaian sehari-hari, lebih nyaman digunakan. Dia juga beralasan, memakai sarung tak membuat aktivitasnya ribet. Terlebih, dia memang menyukai celana pendek untuk kesehariannya. ”Nah, sejak sarung bisa jadi tren untuk aktivitas sehari-hari, akhirnya ada alternatif. Kadang pakai celana pendek, kadang pakai sarung. Bahkan, ke acara formal kadang juga pakai sarung,” tuturnya. (oce/ron)