Selama masa pandemi Covid-19, aktivitas rutin masyarakat otomatis turut berubah. Termasuk aktivitas olahraga yang sejak tiga bulan terakhir ditinggalkan sementara demi menghindari infeksi virus.
Namun, tidak semua bidang olahraga ditinggalkan penggemarnya. Salah satunya bersepeda atau gowes yang justru semakin dibanjiri peminat.
TAK jarang, akhir pekan justru menjadi ajang karnaval para pesepeda dari berbagai kalangan dan usia demi bisa menunjukkan hobinya. Bahkan, sejumlah jalanan protokol Kota Mojokerto pun tak kuasa menahan laju para goweser untuk sekadar bersepeda santai.
Buntutnya, Alun-Alun Kota Mojokerto pun sempat menjadi tempat berkumpulnya ribuan penikmat sepeda dari berbagai penjuru kota. Fenomena ini pun sempat membuat repot petugas keamanan. Mengingat, kerumunan para goweser yang datang dianggap berbahaya terhadap transmisi Covid-19.
Bahkan, petugas terpaksa membubarkan kerumunan dan menyekat alun-alun dari kedatangan warga yang bersepeda. Kondisi ini tak dipungkiri menjadi akibat dari pembatasan aktivitas yang sudah dirasakan sejak Maret lalu.
Sehingga ketika terapan new normal baru diwacanakan pemerintah, masyarakat seolah seperti euforia merayakan kebebasan lewat bersepeda. Rasa bosan yang mereka rasakan sejak tiga bulan silam seolah terbayarkan ketika bisa bersepeda di luar rumah.
’’Mungkin karena masyarakat sudah bosan ketika diminta berdiam di rumah. Secara tiga bulan stay at home, nggakngapa-ngapain. Jadi, mereka seperti euforia saat ada wacana new normal,’’ tutur Yulia Pratitis, pesepeda asal Desa Canggu, Jetis.
Ibu dua anak ini turut mengakui manfaat bersepeda sebagai upaya mengurangi rasa stres akibat pembatasan aktivitas sejak pandemi Covid-19 melanda. Bahkan, bersepeda ia sebut sebagai salah satu solusi di antara upaya menjaga kebugaran tubuh dengan mengurangi rasa bosan.
Selain karena mampu menggerakkan anggota badan, bersepeda juga cukup me-refresh pandangan mata dari rutinitas di rumah. ’’Bisa melatih kekuatan kaki dan lutut, semacam terapi. Kalau buat olahraga, emang enak saat pagi. Dapat vitamin D-nya juga, anggap saja sekalian berjemur juga biar imunnya kuat. Bisa buat refreshing dan cuci mata juga. All-in-one manfaatnya,’’ tutur wanita yang berprofesi sebagai guru ini.
Yulia juga menegaskan pilihannya bersepeda tak lepas dari pertimbangan budget yang dimiliki. Di mana, dengan hanya modal uang Rp 2 sampai Rp 4 juta, ia sudah bisa merasakan nikmatnya berolahraga sekaligus berwisata mata. Budget sebesar itu dirasa cukup bermanfaat ketimbang harus bepergian keluar kota, namun harus menghadapi resiko terinfeksi virus.
Sehingga uang yang digelontorkan serasa sia-sia jika pada akhirnya tubuh terserang penyakit. ’’Karena saya sudah punya sebelumnya, kemarin cuman buat nyervice hanya habis Rp 50 ribu doang. Kalau dulu belinya harga sekitar Rp 4 juta, tapi yang harga Rp 2 juta juga ada kok,’’ tandasnya. (far/ris)