ADA banyak spot atau lokasi indah yang bisa dijadikan ajang berswafoto. Salah satunya jembatan yang mampu menyuguhkan panorama indah di bingkai kamera.
Hal ini membawa kalangan milenial masa kini berbondong-bondong mengunjungi jembatan gantung di Desa Padi, Kecamatan Gondang yang baru dibangun dan diresmikan bulan lalu.
Desa Padi di Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto mendadak ramai dikunjungi orang dalam sebulan terakhir ini. Terutama di waktu sore hari atau menjelang senja tiba. Bukan karena terdapat peristiwa atau fenomena langka nan menghebohkan.
Melainkan hanya sebuah jembatan yang membuat mereka rela rela datang jauh-jauh ke lokasi tersebut. Ya, bukan kalangan milenial masa kini kalau tidak bisa melampiaskan hasratnya dalam hal atau situasi apa pun.
Termasuk hasrat mengabadikan diri dalam sebuah frame foto maupun video yang kini seperti menjadi kebutuhan utama dalam eksistensi diri. Nah, keberadaan jembatan gantung yang terletak di Dusun Slawe itupun telah menjadi spot buruan utama kalangan muda-mudi dalam berswafoto.
Di mana, jembatan yang baru diresmikan Februari lalu itu tidak hanya sebagai alat penyeberangan, tapi juga spot foto dengan suguhan panorama indah pegunungan Anjasmoro dan Welirang. Sehingga memunculkan decak kagum di benak kaum milenial atas anugerah dan nikmat Tuhan yang telah tercipta.
’’Warga sekitar menyebutnya jembatan gantung. Karena dibuat menggantung dengan kabel sling dan tidak ada penyangganya. Kebanyakan anak-anak muda justru datang bukan untuk menyeberang, tapi malah berhenti dan foto-fotoan,’’ ungkap Sarniti, 47, warga setempat.
Benar saja, baru beberapa hari diresmikan, jembatan gantung itu kini viral di berbagai laman, akun atau grup media sosial (medsos), baik Facebook (FB) atau Instagram (IG). Bahkan, beberapa caption menunjukkan jika jembatan penghubung antara Desa Padi dengan dengan Desa Wiyu, Kecamatan Pacet mirip dengan jembatan gantung yang ada di Waduk Selorejo atau tempat wisata lain yang banyak dikunjungi.
Sehingga menyedot perhatian banyak orang untuk berbondong-bondong datang ke lokasi tersebut. ’’Apalagi kalau akhir pekan atau liburan, pasti ramai, baik pagi maupun sore,’’ tambahnya.
Kendati demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pengunjung saat datang ke lokasi. Di mana, BBPJN (Balai Besar Pemeliharaan Jalan Nasional) VIII Direktorat Bina Marga sebagai kontraktor bangunan telah memberikan beberapa larangan bagi warga, demi menjamin keamanan dan keselamatan.
Di mana, warga tidak diperkenankan berhenti dan turun dari kendaraan di tengah-tengah di perjalanan jembatan sepanjang 50 meter dengan lebar tiga meter itu. Pun demikian juga beban muat jembatan yang dibatasi maksimal hanya boleh dilewati 4 orang.
Lalu, jenis kendaraan yang diperbolehkan melintas hanyalah sepeda angin dan motor, selebihnya tidak diperkenankan. Mengetahui larangan itu, Nur Aini salah satu pengunjung mengakui tujuan yang disampaikan. Meski mengundang rasa penasaran saat menyeberang, namun dirinya tak menaati aturan yang sudah dicantumkan.
’’Untuk berfoto saja, karena lokasinya memang bagus, ditambah pemandangannya indah, nampak Gunung Welirang. Tapi, kalau foto cukup di ujung saja. Kalau di tenga-tengah, nanti malah membahayakan pengendara yang lewat,’’ tandasnya.