27.8 C
Mojokerto
Saturday, June 10, 2023

Menguatkan Mental, Menangis saat Malam Lebaran

Dua warga Desa Jampirogo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, yang terpapar Covid-19 telah dinyatakan sembuh. Keduanya yang merupakan pasangan suami istri (pasutri) itu menceritakan pengalamanya.

Mulai menguatkan mental lantaran merasa dikucilkan warga lain hingga menjalani perawatan di rumah sakit tanpa didampingi keluarganya. Pasutri itu adalah Mustaqim, 50, dan Liana, 43.

TERJANGKIT Covid-19 sejatinya bukanlah kehendak dirinya. Melainkan menyerang tanpa disadari. Namun, semenjak istrinya dinyatakatan reaktif, Mustaqim mengaku mulai merasa dikucilkan. Sejumlah warga mulai enggan berinteraksi langsung dengannya.

Bahkan, dirinya tidak diperkenankan pulang ke rumahnya. Hal itulah yang menjadikan dirinya merasa terkucilkan. Secara terpaksa ia harus mendekam di rumah sakit menemani istrinya yang dinyatakan reaktif. Tepatnya pada Selasa (21/4).

’’Dua hari kemudian istri saya di-swab. Dan hasilnya keluar pada tanggal 6 Mei. Dinyatakan poitif. Dan sejak istri saya itu reaktif saya masih bebas berinteraksi dengan istri saya. Oleh karena itu saya harus di-swab. Selang 12 hari hasilnya saya dinyatakan positif. Sehinga kami harus menjalani perawatan,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Andalkan Video Call, Sering Lewatkan Tumbuh Kembang Anak

Selama menjalani perawatan itu dirinya mengaku tidak bisa merasakan sakit sedikit pun. Begitu pun dengan yang dialami istrinya. Sebab, mereka terpapar Covid-19 tanpa gejala. Meski demikian mereka harus mamatuhi resep dokter. Mulai dari menjalani isolasi.

Hingga harus rajin berolahraga setiap hari di dalam ruangan khusus pasien positif. Hari-harinya pun selalu ditemani dengan suntikan infus dan wajib meminum vitamin. Sebab, menjaga imun tubuh menjadi kewajibannya. ’’Selama menjalani perawatan di rumah sakit, saya tidak pernah merasakan sakit sedikit pun. Tidak pusing dan juga tidak sesak napas,’’ ungkap Mustaqim.

Setidaknya satu bulan lebih mereka harus menjalani hari-harinya di rumah sakit. Berusaha untuk melawan virus yang ada dalam tubuhnya dengan menjalankan beberapa petunjuk dokter. Kebosanan pun tak dapat dihindari. ’’Ya bosan. Apalagi pada saat malam Hari Raya Idul Fitri kemarin. Saya sampai menangis. Teringat tiga anak saya. Hari kemenangan yang seharusnya dirayakan bersama keluarga,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Polisi Pelaku Suap Penerimaan Bintara Disanksi Kapolda Jateng

Beruntung selama menjalani perawatan itu sejumlah keluaganya, teman dekatnya, hingga teman seperjuangannnya selalu memberikan motivasi agar selalu sabar dan kuat untuk bisa membunuh virus yang ada dalam tubuhnya itu.

’’Pengobatan paling utama itu adalah mental. Bagaimana perlakuan masyarakat terhadap orang terkena Covid-19. Soalah-olah penyakit itu adalah aib. Terkucil,’’ katanya. Tak hanya di ruamh sakit.

Ketika dia dan istrinya dinyatakan sembuh pada tanggal 1 Juni, dan keesokan harinya diperkenankan pulang, masih banyak warga yang masih acuh. ’’Oleh sebab itu, bagi orang yang terkonfirmasi positif, beban mental itu yang harus dikuatkan,’’ tandasnya. (shalihin/abi)

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/