MOJOKERTO – Tekad cabor biliar Kota Mojokerto dalam mempertahankan status juara bertahan di Porprov 2019 nanti diprediksi bakal banyak mengalami kesulitan.
Pasalnya, komposisi dan kualitas atlet cabor andalan Kota Mojokerto ini tak semaksimal Porprov tahun sebelum-sebelumnya. Di mana, Pengkot POBSI Mojokerto hanya mampu mempersiapkan tak kurang dari empat atlet di ajang empat tahunan itu.
Selain karena kualitas, minimnya kontingen juga tak lepas dari nihilnya pembiayaan persiapan dan pelaksanaan yang menjadi tanggung jawab KONI Kota Mojokerto. Ketua Harian Pengkot POBSI Mojokerto, Bagus Majoki, mengatakan, biliar menjadi cabor yang banyak membutuhkan biaya pembinaan.
Di mana, fasilitas alat serta sarana dan prasarana baik saat latihan maupun bertanding memiliki nilai atau harga yang tak murah. Kondisi ini yang disadari para pelatih dan atlet selama menekuni biliar sejak dua tahun terakhir.
’’Memang sangat mahal. Selama ini kita latihan pun disokong dana dan fasilitas dari senior-senior dan sebagian pengurus yang mau mengurusi pembinaan biliar,’’ tuturnya. Nah, situasi seperti itu nampaknya tak akan banyak berubah setelah KONI sebagai induk cabor justru nihil anggaran di tahun 2019.
Di mana, mereka gagal mengusulkan susunan anggaran untuk pembinaan dan pelaksanaan porprov sebagai event resmi yang wajib diikuti seluruh daerah. Sehingga, persiapan POBSI secara otomatis turut terganggu.
Di mana persiapan yang biasanya diikuti 6 sampai 7 atlet, kini terpaksa dikurangi menjadi hanya 4 atlet saja. Jumlah tersbeut sangat minimalis mengingat nomor dan kelas yang dipertandingkan tahun ini cukup banyak.
Yakni 10 nomor baik di kategori perorangan maupun beregu. ’’Seharusnya minimal kita bisa memberangkatkan 8 atlet. Karena tahun ini setiap atlet dibatasi hanya boleh main maksimal 2 nomor saja,’’ tambahnya.
Akibat situasi sulit itu, Bagus tak berjanji dalam merebut prestasi seperti kala Porprov tahun sebelum-sebelumnya. Di mana, POBSI selalu berjaya dengan raihan medali emas lebih dari satu keping.
Seperti di tahun 2013 yang menyandang status juara umum biliar dengan Raihan 4 emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Sementara di tahun 2015, POBSI sukses meraih 2 emas, 1 perak, dan 1 perunggu. ’’Ya kita bicara realistis dulu. Apakah target sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang.
Kita tidak bisa berkata banyak ketika belum ada kejelasan soal pembiayaan,’’ pungkasnya. Sebelumnya, POBSI sempat menyatakan bakal swadaya dalam persiapannya menuju Porprov 2019 nanti.
Yakni mengandalkan uluran tangan senior dan urunan sesama atlet demi menutup pembiayaan latihan selama kurang lebih 5 bulan ke depan.