PERAN aktif orang tua sangat menentukan tumbuh kembang sang buah hati. Termasuk menghadapi gencarnya teknologi informasi (TI) yang terus berkembang pesat dengan segala produknya.
Terlebih, aplikasi game yang banyak tersedia di gadget hingga menjadi konsumsi sehari-hari. Di mana, game dapat mengarahkan sifat anak pada hal-hal negatif. Nah, untuk mengatasi persoalan itu, orang tua pun diminta untuk lebih protektif dalam mengontrol aktivitas anaknya saat bermain game.
Mulai dari membatasi jam bermain hingga memberikan pengertian akan dampak baik dan buruknya. Dan yang lebih penting adalah menjalin komunikasi atau interaksi intensif dua arah. Sehingga anak mampu memahami lingkungan sosialnya secara nyata.
Bukan dengan dunia maya seperti yang tertuang dalam game yang mereka mainkan. Hania Perwitasari, psikolog Balai Konseling (BK) anak dan remaja Kota Mojokerto, menjelaskan, orang tua sebisa mungkin mengontrol kapan anak boleh main game di gadget.
Khususnya, bagi anak usia 5 sampai 12 tahun yang butuh pantauan lebih akan jenis permainannya. ’’Sebisa mungkin mengatur aktivitas anak kapan harus fokus belajar dan kapan anak bisa refreshing dengan bermain game. Batasi waktu berapa lama anak boleh bermain game.
Hal ini harus tertuang dalam bentuk aturan. Sehingga ada konsekuensi dari aturan. Ketika anak melanggar apa yang telah disepakati, maka anak berhak mendapatkan hukuman dari tindakan itu. Sehingga mereka menjadi tersadar dan waktu bermainnya otomatis dikurangi,’’ terangnya.
Meski demikian, Hania juga mengingatkan orang tua agar jangan semena-mena dengan hanya memberikan punishment semata. Tapi, juga upayakan tindakan yang dapat mengapresiasi anak ketika mampu menerapkan aturan dengan baik.
Baik dalam bentuk pujian atau ungkapan terima kasih karena mampu menjaga kedisiplinan. ’’Dan bisa juga dengan memberikan reward berupa hadiah. Jaga terus quality time bersama anak. Pahamkan pada anak, bahwa refresing itu memang perlu, tapi tidak boleh menjadi prioritas utama.
Karena kita punya tanggung jawab akan masa depan. Sehingga tetap harus fokus pada tujuan jangka panjang,’’ tambahnya. Nah, untuk lebih mempertajam sifat sosialnya kepada lingkungan sekitar, orang tua juga diminta untuk terus menjalin komunikasi dua arah bersama sang buah hati.
Di mana, untuk bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan, butuh perjuangan berat yang harus dilalui. ’’Beri motivasi pada anak bahwa kita hidup di dunia nyata yang semuanya itu berproses dan tidak ada yang instan.
Kita bisa karena kita berlatih. Sama halnya dengan bermain game. Kita mencoba berulang kali sampai akhirnya berhasil ke tingkatan yg lebih tinggi,’’ pungkasnya.