Kawasan air terjun Coban Watu Gilang terletak di Desa Penanggungan. Lokasinya hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat Kecamatan Trawas. Tempat ini sebelumnya dikenal dengan nama Coban Talun.
NAMUN, setelah musyawarah bersama warga setempat, akhirnya namanya disepakati diubah menjadi Coban Watu Gilang. Alasannya, karena didasarkan oleh bentuk batuannya yang berlapis. Apalagi, nama Coban Talun mirip dengan nama kawasan air terjun di kawasan Cangar, Batu.
Beberapa waktu belakangan, keindahan air terjun Coban Watu Gilang sedang ramai menjadi hits di media sosial. Daya tarik utamanya adalah view indah air terjun dengan suasana alami, ditambah dengan tebing menjulang dihiasi bebatuan datar berlapis. View yang berbeda dari air terjun kebanyakan.
View yang alami dan memikat bagi para pemburu spot foto yang menarik, serta Instagramable. Salah satu spot foto eksotis di Coban Watu Gilang adalah batuan besar di area lereng perbukitan dan di sepanjang aliran air sungainya. Inilah spot foto favorit para pengunjung. Selain sangat indah, juga karena berlatar belakang air terjun berketinggian 25 meter.
Kendati memikat, pengunjung tetap dianjurkan untuk waspada, terutama saat musim penghujan seperti saat ini. Untuk menuju air terjun, para pengunjung bisa melewati akses jalan desa. Setelah itu pengunjung harus memarkir kendaraan dan berjalan kaki menuruni tebing melewati hutan. Sepanjang jalan setapak tersebut ada papan petunjuk arah yang masih sederhana. Hanya terbuat dari papan kayu kecil dengan tulisan cat.
Meski menjadi buruan para pemburu foto, hingga saat ini kawasan Coban Watu Gilang tersebut belum di-eksplore secara luas. Para pengunjung bisa masuk kawasan ini tanpa perlu membayar tiket. Belum adanya akses jalan yang memadai menuju lokasi, menjadikan Pemerintah Desa Penanggungan masih belum mengembangkan kawasan ini sebagai objek wisata.
Kepala Desa Penanggungan Tarji mengatakan, pengembangan Coban Watu Gilang menjadi objek wisata hingga saat ini memang masih terkendala anggaran serta fasilitas jalan. Akses menuju air terjun dari jalan desa utama hanya dapat dilalui kendaraan roda dua melewati jalan tanah.
Sejauh ini, menurut Tarji, yang dilakukan hanya secara swadaya oleh masyarakat desa. Seperti halnya pembuatan undakan jalan menuju air terjun. Tangga dari tanah tesebut sengaja dibuat warga setempat untuk mempermudah pengunjung yang akan menuju air terjun. ”Pemandangan disini sebenarnya sangat luar biasa dan alami. Struktur bebatuannya juga berbeda dengan air terjun kebanyakan. Dari sini, kita juga dapat melihat Gunung Penanggungan secara jelas,” tandas Tarji.(dwi)