Tuku jamu nang Pasar Legi
Numpak sepeda mulihe kudanan
Duwe bojo kok gak dinafkahi
Ojo berharap keluarga bertahan
APA PUN alasannya semua pasti butuh uang. Apalagi dalam membangun keluarga. Begitu kira-kira yang dikatakan Tulkiyem (samaran) 18, warga asal Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.
Hal itu yang kini dirasakannya setelah dia mengaku sudah tidak dinafkahi lagi oleh suaminya, Mukiyo (samaran) 19. Dia menceritakan, semula pernikahan mereka adalah keinginan Mukiyo. Dia memaksa untuk menikah muda.
Tulkiyem sebenarnya tidak mau. Namun, setelah Mukiyo berjanji akan membahagiakan dia pun tak mampu menolak. Mereka kemudian menikah setahun yang lalu. Kebahagiaan selalu menyelimuti kehidupan keluarga muda itu.
Namun, setelah pernikahan menginjak satu tahu, semuanya berubah. Kepedulian Mukiyo kepada Tulkiyem semakin hari makin surut. Kata Tulkiyem, jangankan kebahagiaan, kini dirinya sudah jarang diberi nafkah.
Padahal suaminya masih berstatus sebagai buruh di salah satu perusahaan. ”Iyo ora paham, biasae yo tiap bulan aku dinafkahi,’’ katanya. Namun, setiap kali Tulkiyem meminta uang belanja, suaminya selalu mengaku tidak punya uang.
”Biasae aku dikasih Rp 1 juta per bulan, saiki wis gak pernah blas,’’ tambahnya. Tulkiyem pun merasa tak kuat lagi dengan sifat suaminya. Dia kemudian menceritakan kepada orang tua dan mertua atas kondisi keluarga mereka.
“Yo aku milih curhat karo mertuoku, nek bojoku saiki wis berubah’’ jelasnya. Namun seribu sayang. Mendengar curhatan itu mertuanya justru mengaku tidak mau ikut campur dalam masalah keluarganya.
Apalagi, pernikahan tersebut adalah keinginan Tulkiyem dan Mukiyo sendiri. Dengan demikian, setelah merasa tidak ada yang bisa diharapkan dengan keluarga kecilnya, dia mememilih berpisah.
Lalu menggugat cerai suaminya ke Pengadilan Agama (PA) Mojokerto. ”Aku yo ngomong karo bojoku. Aku wes gak kuat,’’ ujarnya. (ras)