Dalam keadaan yang tidak pasti kapan pademi korona di Indonesia berakhir. Juga semakin meningkatnya jumlah penderita yang terinfeksi tiap hari, sangat mengkhawatirkan.
Apalagi, jumlah yang meninggal terus mengalami peningkatan. Kondisi itu menyebabkan semua pihak berupaya untuk menghentikan maupun pemangku jabatan memberlakukan aturan yang ketat agar korban dapat ditekan.
Walaupun virus ini tetap sulit dikendalikan karena obat atau penghambat penyakit ini belum ditemukan. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana mengeluarkan fatwa berdasarkan kondisi yang semakin membahayakan, terkait pandemi virus korona.
Di mana sudah tradisi yang sudah mendarah daging bagi muslim terutama bangsa Indonesia yang setiap Lebaran menjadi momen yang sangat sakral untuk bisa berkumpul dengan keluarga besar terutama yang dari perantauan.
Yang jauh untuk bisa bertemu orang tua serta sanak famili untuk meminta doa karena panutan Agama Islam. Rida Allah berdasar dari Rida orang tua kita. Sehingga dengan segala apa pun kita melihat jutaan manusia setiap tahun, satu bulan sebelum Lebaran, migrasi manusia dari kota besar menuju kota kecil atau pedesaan.
Demi kumpul dengan orang tua dan sanak famili. Untuk berbagi cerita serta meminta doa bersama untuk kesuksesan di perantauan dalam menggapai mimpi yang tidak bisa dicapai di desa.
Orang tua kita tempat curahan kesal, lelah, suka dan duka, yang tak pernah penuh untuk terus menampungnya. Sehingga momen Lebaran akan terasa hampa dan tanpa kesan untuk menemui orang tua kita di kampung yang juga sangat merindukan anak, cucu.
Baik sukses atau tidak. Untuk bisa berkumpul dan berbagi kebiasaan yang dulu sering dilakukan di momen Lebaran. Sering kita mendengar ceramah, kajian dan panduan dari Alquran, Alhadis bahwa silaturahim dapat memanjangkan umur, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.
Sehingga, perjalanan jauh, melelahkan, menguras pikiran dan uang, tidak dihiraukan. Karena bayangan senyum orang tua kita yang menyambut dengan terbuka anak-cucunya di perantauan adalah momen yang tidak dapat dinilai dengan materi. Dan kebahagian yang sangat ditunggu untuk berkumpul bersama dalam suasana Lebaran yang
sakral di kampung halaman. Di mana salat Idul Fitri bersama, silarurahmi kerabat-kerabat yang mungkin bisa dilakukan hanya pada Lebaran karena juga merantau di tempat yang berbeda. Serta menikmati hidangan tradisional yang sangat dirindukan berbulan-bulan.
Dengan cerita yang menyenangkan dan berkumpul orang tua akan terus dikenang sepanjang masa. Di mana tradisi lokal dengan kearifan lokal juga sangat dirindukan di perantauan. Apalagi orang tua yang sudah tua dan meninggal, momen Lebaran sangat ditunggu sebagai bakti anak kepada orang tua.
Dengan kondisi serta suasana apapun akan berupaya untuk terus balik kampung demi mewujudkan rasa bakti tersebut karena tidak ingin dicap anak tidak berbakti.
Sesuai aturan pemerintah, pemuka agama dan protokol kesehatan di mana wabah korona semakin lama yang membahayakan memang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) harus kita taati demi
orang yang kita hormati dan sayangi seumur hidup terutama orang tua dan sanak saudara di kampung tetap terjaga kondisi kesehatan. Terutama wabah ini banyak menimpa kota-kota besar yang terus meningkat dratis.
Jadi, untuk tidak mudik atau pulang kampung adalah pilihan terbaik yang harus kita ambil demi kebaikan bersama. Semoga doa orang tua kita dan sanak famili yang di kampung dapat mempercepat wabah ini berakhir.
Sehingga, semua dapat berkumpul segera di kampung. Walaupun selain momen Lebaran. Karena bagaimana pun juga ketemu dan mencium tangan serta memeluk orang tua adalah hal diwajibkan dalam agama Islam. Sebagai rasa bakti kita.
Sementara dengan kecanggihan teknologi yang ada dapat melakukan video call menanyakan kabar serta melihat keadaan di kampung halaman serta berbicara banyak hal yang mungkin ingin di sampaikan.
Mari sobat kita untuk menahan diri untuk tidak pulang kampung dulu agar wabah ini segera berakhir dan semoga surga di kaki ibu serta doa bapak kita masih diraih walaupun di luar momen Lebaran.
Semoga tulisan ini bisa menguatkan yang belum bisa pulang tahun ini karena wabah korona dan kita semua tidak sendiri tapi dirasakan semua insan yang mengalami wabah ini. Semangat terus sobat dan mari terus berdoa badai ini segera berakhir. (*)
*)Penulis adalah dosen dan pemerhati Sosial di Jakarta.