Bengi-bengi mangane sate
Weteng wareg mripate merem
Jerene bojo cukup siji wae
Sing penting keluargane ayem
TAK semua perempuan betah dipoligami. Termasuk Tulkiyem (samaran) 36, warga asal Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Dia menceritakan, dua tahun lalu suaminya, Mukiyo (samaran) 41, meminta izin kepadanya untuk menikah lagi.
Awalnya, Tulkiyem menolak dan tidak mengizinkan. Namun, karena suaminya terus-terusan memaksa dan membujuknya, poligami itu terjadi. Seiring berjalannya waktu, kekhawatiran Tulkiyem pun terbukti.
Mukiyo sudah tak seperti yang dulu. Kasih sayang dan perhatiannya selalu terbagi. Hingga akhirnya Tulkiyem meminta suaminya agar menceraikan istri mudanya tersebut. ”Yo ora ngasih perhatian karo anakku barang,’’ katanya.
Namun, Mukiyo enggan menuruti kemauan Tulkiyem. Dengan alasan, saat ini istri mudanya sedang hamil. Tulkiyem terus memaksa dan mengancam jika Mukiyo tidak menceraikan istri mudanya, dia memilih meninggalkan rumah. Serta menggugat cerai Mukiyo. ”Yo tak ancam ae,’’ tambahnya.
Tetapi, karena merasa tidak betah setelah menilai suaminya tidak adil. Tulkiyem pun memilih untuk mundur. Dia meminta izin orang tua dan mertunya untuk mengakhiri keluarganya dan berpisah dengan Mukiyo.
”Wes ora kuat mas, tak pilih cerai ae,’’ ujarnya. Tak berselang lama, pasca mendapat restu, Tulkiyem beranjak menuju Pengadilan Agama (PA) Mojokerto untuk mengurus surat gugat cerai. (ras)