Kerinduan punya ruang kelas sendiri tampak dalam suasana kegiatan pembelajaran siswa SMP Negeri 2 Puri. Dua tahun lamanya, mereka menumpang di SDN 2 Brayung. Kini, meski gedung baru terbangun, mereka masih menunggu kapan bisa menikmati ruang kelas sendiri.
INDAH OCEANANDA, PURI-Jawa Pos Radar Mojokerto
TANPA sekat. Siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 2 Puri belajar dalam satu ruangan. Mading kelas berbahan banner dinding belakanglah yang jadi pembatas duduk siswa kedua kelas.
Alhasil, para guru ketika menyampaikan materi saling bersahut-sahutan. Karena, mereka berada dalam satu ruangan yang sama saat mengajar anak didik mereka.
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Puri Subai mengatakan, dua tahun lamanya kondisi seperti ini mereka jalani. Menyusul, karena baru didirikan sejak 2020 lalu, sekolah ini awalnya belum memiliki gedung. Mereka terpaksa menumpang di SD Negeri 2 Brayung. Itu pun hanya dipinjami empat ruangan saja.
’’Tiga ruang kelas dan satu ruang guru. Jadi, kalau terima tamu dari luar ya kita pinjam musala. Karena di ruang guru yang dulunya perpustakaan dan UKS SD sangat sempit,’’ ulasnya, kemarin.
Bahkan, untuk rapat saja, Subai dan para guru terpaksa memulangkan anak didik mereka lebih awal. Agar ruang kelas bisa dijadikan ruang rapat sementara.
Dua tahun berjalan, pembangunan gedung SMP Negeri 2 Puri terus dikebut. Hingga akhir Desember lalu gedung tersebut rampung dibangun. Namun, asa murid dan guru segera menempati gedung baru idaman mereka sepertinya tertahan sementara waktu.
Pasalnya, meski sudah serah terima, namun gedung tersebut belum bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). ’’Bisa dipakai bulan ini, tapi nggak tau tanggal berapa. Katanya nunggu peresmian Bupati dulu,’’ bebernya.
Lanjut Subai, meski sekolah lain sudah menggelar tatap muka secara penuh. Namun, lembaganya terpaksa harus menahan keinginan itu. Itu karena terbatasnya ruang kelas yang tersedia untuk enam rombongan belajar dengan total sebanyak 191 siswa.
Subai menuturkan, jam masuk dan pulang sekolah tetap digelar dua sif. ’’Satu kelas masuknya separo-separo, kita tetap gelar dua sif karena memang nggak punya ruang. Semoga saja kita bisa segera menempati gedung baru, anak-anak dan guru juga biar bisa jadi lebih leluasa,’’ sebut dia.
Salah satu murid kelas VIII Denaya Nadia Miza menuturkan, ingin segera menempati gedung sekolahnya. Sebab, kata dia, selama pembelajaran dirinya merasa tidak fokus karena ruangannya yang dicampur dengan siswa kelas lain. Tak hanya itu, dia tak bisa menikmati lingkungan sekolah dengan leluasa karena harus berbagi dengan siswa SD. ’’Ya pengen-nya cepat pindah ke gedung baru. Saya juga kadang malu soalnya sering dikira anak SD gara-gara gedungnya numpang di sini. Padahal sudah SMP,’’ tutur bocah 13 tahun ini.
Terpisah, Kabid Sarana dan Prasarana Pendidikan Dispendik Kabupaten Mojokerto Adi Mahendarto mengungkapkan, akhir Desember lalu gedung tersebut sudah diserahterimakan dari rekanan ke Dinas Pendidikan. Sarpras seperti meja dan bangku di setiap kelas sudah pengadaan, tinggal pengiriman dari rekanan.
Pun, kata dia, siswa dan guru baru bisa menghuni setelah gedung nantinya diresmikan oleh Bupati Mojokerto. ’’Tinggal nunggu peresmian saja dari Bupati, bulan ini pasti bisa menempati kok. Kita minta pihak sekolah untuk bersabar sementara,’’ tandasnya. (fen)