31.8 C
Mojokerto
Saturday, June 10, 2023

Lebih Fresh dan Variatif

CORAK batik ini dinilai lebih fresh dan bervariasi ketimbang batik klasik. Perbedaan terletak pada pakem yang dimiliki batik klasik. Sehingga batik kontemporer dirasa lebih bebas untuk dieksplor. Mulai dari segi warna, motif, hingga desain busananya.

”Kalau batik klasik ada pakemnya. Motif parang misalnya, satu busana itu hanya satu motif dan bahan saja. Kalau batik kontemporer bisa lebih dikembangin lagi. Bisa di-mix dengan motif dan bahan lain,” ujar Sothys Dwi Budiarti, 27.

Desainer yang tinggal di Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto ini menambahkan, perkembangan motif batik tak bisa terelakkan. Ditambah lagi, kini hampir seluruh daerah se-Nusantara punya motif khasnya masing-masing. Salah satunya Mojokerto, yang khas dengan motif bunga majanya.

”Pengembangan motif itu pasti. Tapi perbedaannya cuma sedikit. Entah dari pewarnaannya, motif , atau mungkin tekniknya. Setiap perajin (dan desainer) punya caranya sendiri,” tambah desainer yang akrab disapa Vladis ini.

Batik kontemporer yang juga disebut batik pesisir ini dirasa lebih luwes diterapkan dengan rancangan busana modern. Tak melulu untuk kegiatan atau acara formal saja. Motif yang lebih besar dinilai menjadi kelebihan tersendiri dibandingkan batik klasik dengan corak yang lebih padat.

Baca Juga :  Satgas: Kenaikan Kasus COVID-19 Alarm yang Perlu Diwaspadai

”Bisa dipadukan sama bahan lain. Brokat misalnya. Bisa dibuat jadi dress (gaun) atau model baju yang lebih casual, didesain asimetris gitu. Kalau (batik) klasik kan lebih formal, seperti kemeja atau kebaya gitu ya, karena memang ada pakemnya,” bebernya.

Lantaran lebih modern dan bisa dirancang bebas, batik kontemporer mulai banyak kalangan remaja. Namun, citra batik masih melekat, mereka menggunakannya untuk acara tertentu saja. ”Ya anak muda, usia sekitar 25 tahunan, gitu banyak yang suka (batik kontemporer). Biasanya mereka order buat couple-an gitu, seragam keluarga, wedding juga ada,” tandasnya.

Senada dengan Vladis, Lyna Desriana, 38. Desainer asal Sooko, itu menyebutkan, kalangan muda saat ini menyasar batik kontemporer lantaran harganya yang lebih terjangkau. Namun, batik klasik masih tetap punya tempat tersendiri bagi para pecinta batik.

Baca Juga :  Hunian Ratusan Napi di Lapas Mojokerto Mendadak Dirazia Petugas Gabungan

”Anak muda lebih minat yang kontemporer soalnya juga menyesuaikan sama budget juga. Jelas mereka ndak mau kalau pakai yang Rp 300 ribu ke atas. Yang kontemporer kan perannya untuk penunjang saja. Biar ndak kelihatan lebih resmi atau formal saja,” sebutnya.

Lyna sepakat, semakin banyaknya motif baru pada batik kontemporer lantaran tak ada pakem yang mengikat. ”Motif baru banyak, karena kontemporer itu bisa muncul dari ide mana saja. Kalau kontemporer idenya dari lingkungan sekitar bisa, sesuka hati lah pokoknya, bebas saja,” tambahnya.

Dijelaskannya, untuk menciptakan motif batik klasik perlu melakukan ritual lantaran memiliki maka tersendiri. ”Kalau nyiptain motif batik klasik ada pakemnya. Itu ide-idenya  biasanya dari alam, nilai sakralnya ada. Justru mahalnya di situ. Buatnya pun lewat ritual, jadi gak asal,” tandasnya. (vad/ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/