Keluarga salah satu pasien dalam oengawasan (PDP) asal Magersari, Kota Mojokerto, yang meninggal dunia pertengahan April lalu, kerap mendapat perlakuan tak nyaman dari tetanggannya. Ia pun akhirnya mencetak hasil rapid test berukuran besar dan ditempel di depan rumahnya.
Sepeninggal Linsofiyeti, 55, di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo, 16 April lalu, keluarga besar yang tinggal di Jalan Kelud Raya Nomor 15 , Wates, Magersari, Kota Mojokerto ini, seakan diasingkan oleh para tetangganya. Ya, saat itu, ibu keluarga ini meninggal berstatus PDP korona.
Hampir setiap hari, gunjingan selalu terdengar. Tetangga kanan-kiri seakan ketakutan saat melihat keluarga ini keluar rumah. Di grup-grup WhatsApp juga terdengar ungkap sindiran yang tak kunjung terhenti. Broadcast bahkan diposting di media sosial.
Saat itu, keluarga yang ditinggalkan tak bisa berbuat banyak. Karena, hasil tes swab dari rumah sakit, tak kunjung keluar. Baru, 10 hari kemudian atau 26 April, swab itu keluar. Dan, keluarga sangat lega setelah hasil tes laboratorium yang menegaskan negatif korona. ’’Tapi, tetangga tetap saja. Banyak gunjingan-gunjingan,’’ ungkap salah satu anak Linsofiyeti, Dhea Aprilianto Putro Raharjo.
Ia pun sudah berusaha sangat keras. Menceritakan ke tetangga-tetangga terhadap hasil tes swab tersebut. Namun, tak banyak membuahkan hasil. ’’Seharusnya, saya mendapat back up. Yaitu dari pemerintah. Tapi, tidak ada sama sekali,’’ bebernya.
Dhea mengaku, sudah meminta perangkat pemerintahan di kampungnya segera turun dan menyosialisasikan hasil swab tersebut. Langkah itu ditempuh dengan harapan mampu menyelesaikan gunjingan yang terus disebar warga.
Bukan bantuan yang diterima. Justru, perangkat di kampungnya mengalihkan penanganan sosial itu ke tingkat kelurahan. ’’Saya akhirnya ke dinkes. Juga tidak ada langkah,’’ paparnya.
Berbagai cara yang dilakukan tak kunjung membuah hasil, membuat Dhea dan keluarga berinisiatif mencetak hasil tes swab itu dengan ukuran besar. Dan menempelkan tepat di depan warung makan miliknya.
Rupanya, langkah itu cukup manjur. Saat ini, ia melihat, gunjingan sudah mulai mereda. ’’Cuma belum klir. Masih ada saja yang mencap ibu kami positif. Ini yang sangat saya sesalkan,’’ ungkap pria yang bekerja di Telkom, Surabaya ini.
Keluarga berharap, pemerintah segera turun dan melakukan sosialisasi kepada warga. Ia mengharap, kondisi ini segera berlalu dan kehidupan keluarganya kembali berjalan normal. (abi)