31 C
Mojokerto
Monday, June 5, 2023

Sering Merasa Tertipu, Baru Sadar setelah Punya Ratusan Koleksi

Menghargai dan menghormati budaya dilakukan dengan berbagai cara. Seperti Gunawan. Warga keturunan Tionghoa ini, melakukannya dengan mengoleksi berbagai barang peninggalan masa lalu. Mulai keris hingga tombak.

 

IMRON ARLADO, Kota Mojokerto

 

Kisaran 4×10 meter. Ruangan itu cukup besar. Di ruangan ini, nampak berbagai jenis barang-barang lama. Namun, yang dominan adalah keris. Banyak model dan jenisnya.

Yang cukup istimewa, keris-keris itu tartata apik. Di dalam lemari kaca dengan ukuran besar, keris itu memenuhi seluruh sisi lemari. ’’Semua ini, koleksi saya sejak 6 tahun lalu,’’ ungkap Gunawan, 50.

Pemilik Hotel Nagamas, Jalan Pahlawan, Kota Mojokerto ini, menambahkan, kegemarannya mengoleksi benda-benda antik ini, bukan tanpa perencanaan matang. ’’Awalnya, saya diberi keris oleh guru saya. Awalnya hanya satu. Habis itu dikasih lagi,’’ katanya mengawali cerita.

Baca Juga :  Gak Kaleng-Kaleng! Baru Setengah Tahun BRI Cetak Laba Rp 24,88 triliun

Semula ia tak begitu perhatian dengan berbagai model keris. Namun, dua keris yang diterima dari gurunya itu, diperhatikan baik-baik. Dan, dari situlah, ia mulai bisa menikmati.

Keindahan keris mulai bisa dinikmatinya. ’’Ada sisi nilai seni di sini. Dan saya akhirnya bisa menikmati,’’ imbuh Gunawan.

Bagi dia, bicara soal keris, bukan perkara mistis. Namun, ia lebih menikmati keindahannya. Semisal, pamor yang menempel di keris dengan keindahan yang berbeda-beda.

Rasa suka terhadap keris, rupanya mulai didengar para pencinta keris di Mojokerto. Akhirnya, tak jarang, ia kerap mendapat tawaran keris dengan berbagai tarif. Tentunya, dibumbui dengan cerita-cerita berbau horor dan mistis. ’’Tetapi, sekali lagi, saya hanya suka dengan seninya. Dan juga, uri-uri budayanya,’’ beber dia.

Baca Juga :  Densus Tangkap Tiga Tersangka Teroris di Jakarta dan Banten

Gunawan menerangkan, mendapat tawaran dari berbagai orang tentang jenis keris, membuatnya ia mudah percaya. Harga yang dipasang penjual, tak pernah ditawar. Semua dibayar dengan harga yang pantas.

Namun, kebaikan Gunawan itu rupanya dimanfaatkan banyak orang. ’’Ada yang menjual, katanya barang peninggalan tempo dulu. Katanya barangnya tua. Tetapi, setelah saya teliti, ternyata itu diproduksi baru. Saya ketipu,’’ ujarnya.

Pendiri Panji Surya Wilwatikta (PSW) ini, mengaku, dirinya baru memahami dunia pusaka setelah memiliki sekitar 200 koleksi pusaka. ’’Setelah itu saya selektif,’’ beber Gunawan.

Diceritakan Gunawan, koleksi yang dilakukan hingga terkumpul seribu pusaka ini, bukan untuk bisnis. Melainkan untuk menghargai seni dan budaya nenek moyang.

Artikel Terkait

Most Read

Dorong Desa Mandiri

Tiket H-3 Lebaran Ludes

Kalah Pilkades, Lapor Bupati dan Polisi

Artikel Terbaru

/