28.8 C
Mojokerto
Monday, May 29, 2023

Listrik Padam, Petir Menyambar, 30 Menit Sembunyi di Kolong Bed

Robohnya plafon Puskesmas Tawangsari membuat pasien dan perawat ketakutan. Karena, insiden itu disertai cuaca yang tak bersahabat. Angin terus berhembus kencang. Sementara, petir menyambar dan listrik mendadak padam. Di tengah kepanikan, mereka sembunyi di bawah bed selama 30 menit.

INDAH OCEANANDA, Trowulan, Jawa Pos Radar Mojokerto

Hari mulai gelap. Ruang rawat inap di Puskesmas Tawangsari, Trowulan, cukup lengang. Hanya ada dua pasien yang sedang menjalani perawatan.

Sekira habis Isya’, hujan deras disertai angin kencang, datang tiba-tiba. Rifqi Fadli, yang duduk di samping ranjang sang istrinya, mendadak panik. Ia merasakan, angin itu tak berhembus wajar. Bahkan, muncul pusaran yang mengarah ke gedung puskesmas.

Dalam kondisi setengah mengantuk, Rifqi membangunkan istrinya yang sedang terinfus. ”Keluarga pasien sebelah ini saya ajak keluar dari ruangan,” ceritanya, kemarin (8/12) saat mendampingi sang istri yang masih terbaring di hari ketiga perawatannya.

Baca Juga :  Bentuk Dalang dan Sinden Sendiri, Angkat Lakon Candra Kirana

Pria 29 tahun ini menyebutkan, saking paniknya, dia bersama ketiga orang lainnya berlari menuju ruang UGD. Berlarian sambil membawa infus. Namun, saat cukup dekat dengan ruangan yang dituju, ia dikejutkan dengan suara bergemuruh yang datang dari ruang pelayanan. ”Banter banget suaranya. Kami kaget dan tambah panik. Akhirnya kami minta bantuan ke perawat yang berjaga di UGD,” ceritanya.

Saat itu, plafon ruang pelayanan ambrol. Suasana kian menengangkan ketika listrik di puskesmas tersebut padam. Semua menjadi gelap. Sementara, hujan dan petir terus menyambar tak tentu arah.

Tak hanya pasien saja yang merasakan kepanikan. Sejumlah perawat pun akhirnya sembunyi di bawah bed. ’’Setengah jam lebih kita sembunyi nggak berani keluar,” beber Rifqi.

Malam itu memang cukup menakutkan. Irfan Effendi, salah satu perawat yang bertugas mengatakan, angin berhembus sangat kencang. Bahkan, langkahnya menutup pintu UGD saja, sangat kesulitan.”Pas juga ada suara ambrol dari plafon di bagian ruang pelayanan. Kita nggak berani lihat, takut kebawa angin. Wong nutup pintu UGD aja, pintunya sampai nggak mau nutup kok,” ujarnya.

Baca Juga :  Mesranya Suamiku dengan Pacarnya

Karena angin yang semakin kencang, dia bersama satu perawat dan dua bidan yang bertugas malam itu, berinisiatif sembunyi di bawah bed. Kebetulan, saat itu hanya ada dua bed yang tersedia di UGD. Sehingga, ia bersama ketiga rekan lainnya sembunyi di kolong bed. Kemudian, pasien beserta keluarga pendamping juga ikut bersembunyi di bawah bed satunya. ”Kita sembunyi himpit-himpitan di bawah bed. Sampai akhirnya hujan reda baru ada relawan datang bantuin kita,” paparnya. (ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/