MUDIK Lebaran kini tak hanya soal bermaaf-maafan biasa antar sanak-saudara dan kerabat. Reuni kawan lama atau merajut kembali komunikasi setelah bertahun-tahun terputus kini telah berubah menjadi fenomena dan tren di kalangan sosialita saat lebaran tiba.
Tak jarang, momentum itu selalu ditunggu demi melepaskan hasrat yang terpendam saat masa muda dulu. Lantas apa perasaan mereka saat melakoni reuni bersama kawan lama?
Kata ’’reuni’’ memang mengalami ketenaran di beberapa tahun terakhir ini. Reuni atau berkumpul kembali bersama kawan semasa muda memang cukup membuat orang dimabuk kenangan atas kenangan lamanya masing-masing.
Romantisme sejarah itu tak lepas dari kekangenan mereka atas masa-masa indah yang telah lewat. Namun tak banyak orang sadar, bahwa fenomena maraknya reuni tak bisa lepas dari perkembangan teknologi informasi.
Betapa tidak, keberadaan sosial media (sosmed) seperti Whatsapp (WA) dan Facebook (FB) di gadget masing-masing orang ternhyata cukup membantu dalam menemukan sosok teman yang telah lama hilang.
Hal itu terbukti dari keberadaan grup WA dan FB yang muncul di setiap akun pribadi masing-masing orang yang diikuti oleh puluhan hingga ratusan anggota lainnya.
’’Awalnya dari FB dulu. Dari situ kan satu orang teman bisa muncul teman lainnya dan lama-lama akan jadi banyak,’’ terang Fauzi Widodo, 31, warga Kelurahan Miji, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto.
Tak hanya lebaran, momentum reuni ternyata juga bisa dilakukan saat bertepatan dengan agenda lain, seperti Dies Natalis sekolah.
Tak hanya romantisme sejarah, ajang reuni ternyata juga bisa mengembalikan kisah cinta yang lama terpendam atau yang cukup familiar dengan kata CLBK (cinta lama bersemi kembali).
Namun, situasi itu baginya cukup membuat riskan, terutama bagi mereka yang baru membangun rumah tangga. Untuk itu, butuh strategi agar kenangan tak terlalu hanyut dalam perasaan.
’’Kalau yang baru rumah tangga, usahakan bawa pasangan masing-masing. Ya untuk jaga-jaga agar tidak terbawa kenangan masa lalu,’’ imbuh pria yang berprofesi sebagai pendamping PKH Kota Mojokerto ini.
Hal yang sama juga diungkapkan Hendro Soesanto, warga Desa Kenanten, Kecamatan Puri yang sudah tiga tahun terakhir ini selalu kebagian sebagai panitia reuni.
Fenomena reuni ternyata cukup membuatnya diliputi kerepotan namun mengasikkan. Sebab, menjadi pelaku atas momentum setahun sekali ini, Hendro bisa merasakan bagaimana kegembiraan mempertemukan orang banyak dalam satu tempat dan waktu.
Hanya saja, ia selalu diliputi beban pikiran atas biaya dan kesuksesan dalam membawakan acara.
’’Tahun kemarin bisa mengumpulkan teman SMA, tahun ini gentian teman SD. Ternyata lucu juga karena wajah dan bentuk fisik sudah sangat berbeda,’’ pungkasnya.