TAK hanya penyumbang PAD, Pasar Desa Gempolkerep yang juga dikenal sebagai Pasar Gedeg merupakan sendi perekonomian bagi masyarakat setempat. Keberadaan pasar pun sangat vital bagi desa ini. Namun kondisi pasar yang sudah tidak layak, membuat Pemerintah Desa (Pemdes) Gempolkerep getol untuk melakukan revitalisasi. Sayangnya, upaya ini masih jauh dari angan-angan.
Sejak 2014, Pasar Gempolkerep secara resmi menjadi aset desa. Pengelolaan dan pemanfaatan pasar ini menjadi kewenangan penuh pemdes. Ada puluhan kios serta ratusan pedagang yang beraktivitas. Perputaran uang di pasar ini juga besar. Tak heran, Desa Gempolkerep bisa mendapatkan PAD hingga Rp 60 juta per tahun. ’’Keberadaan pasar desa ini sangat penting bagi Desa Gempolkerep. Dari pasar desa, 2021 kita bisa mendapatkan PAD Rp 60 juta. Selain itu, sebagian besar warga sini juga banyak yang menggantungkan perekonomian dari pasar desa ini,’’ ungkap Kepala Desa Gempolkerep, Jani Suprayogi.
Jani menuturkan, karena fungsinya yang sangat vital, pengelolaan pasar desa menjadi prioritas pemdes. Termasuk dari penataan pasarnya. Sebab, dengan kondisi pasar yang sudah sangat tidak layak tersebut, tentu akan mengurangi produktifitas para pedagang. Kondisi pasar yang selalu becek saat hujan juga membuat pengunjung menjadi enggan untuk bertransaksi. ’’Dengan letak pasar yang di depan jalan masuk desa, ini juga membuat wajah desa menjadi kumuh,’’ lanjut Jani.
Sebenarnya Pemerintah Desa Gempolkerep sudah cukup lama berencana melakukan revitalisasi pasar ini. Namun beberapa kali upaya ini mengalami kendala. Termasuk diantaranya datangnya pandemi Covid-19. ’’Kita sudah rencanakan desain tata ruang pasar yang menyatu sebagai kawasan wisata sejarah Desa Gempolkerep. Di mana kita juga akan membuat semacam jalur wisata sejarah di desa ini sepanjang jalur menuju pasar. Termasuk dengan melalui jalan sekitar PG Gempolkerep,’’ urai Jani.
Selain itu, rendahnya sumber anggaran revitalisasi juga jadi kendala. Berkali-kali pemerintah desa mengajukan proposal ke pemerintah daerah serta dinas terkait. Namun hingga saat ini, pengajuan belum juga terealisasi. ’’Terhitung sudah tiga kali kita ajukan proposal revitalisasi pasar ini. Termasuk ke Pemkab dan Pemprov serta Disperindag kabupaten. Namun belum juga ada jawaban,’’ keluhnya.
Sektor pertanian dan peternakan juga jadi prioritas pemdes. Khususnya padi, Jani berupaya menekan tingkat kegagalan panen dengan meminalisir hama. Utamanya, hama tikus. Maka, dibangunlah beberapa Rumah burung hantu (Rubuha) sebagai predator tikus yang dialokasikan dari APBDes. ’’Luas lahan padi di Gempolkerep mencapai sekitar 30 hektare. Untuk menanggulangi tikus di lahan seluas tersebut, kita butuh 12 Rubuha. Hingga kini sudah terealisasi sekitar 10 Rubuha,’’ terang Jani.
Sementara untuk peternakan, pemdes berancang-ancang membuat peternakan kambing bagi warga. Sistemnya dengan cara bergulir. Agar program ini berjalan lancar, alokasi jumlah kambing direncakan mencapai 15 ekor. ’’Kita upayakan program peternakan kambing akan terealisasi pada tahun ini,’’ tuturnya. (ori/fen)
Desa Gempolkerep Kecamatan Gedeg, Dari Revitalisasi Pasar sampai Rubuha
