MOJOKERTO – Sindiran suporter yang pernah menampilkan koreo sebuah mobil Volkswagen (VW) kala PS Mojokerto Putra (PSMP) mengarungi Liga 2 musim lalu di Stadion Gajah Mada Mojosari bisa dikatakan tak sekadar sindiran biasa.
Setidaknya ada maksud di balik koreo yang juga menampilkan gambar mobil VW kodok berukuran besar warna putih di tribun tengah. Setidaknya, jika dikaitkan dengan kondisi sekarang, simbol koreo itu mulai nampak menunjukkan arahnya.
Tepatnya, saat para petinggi tim menjalani pemeriksaan oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Ya, Tudingan PMSP terlibat aktif dalam dugaan match fixing selama Liga 2 musim 2018 bergulir tidak hanya berhenti pada sanksi larangan bermain di musim 2019 saja.
Tudingan The Lasmojo masuk dalam lingkaran mafia sepak bola Indonesia ternyata juga tak bisa dielakkan oleh sejumlah publik, termasuk PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia. Di mana, PSSI melalui komisi disiplin (komdis) ternyata hanya menanyakan seputar hubungan Laskar Majapahit dengan Vigit Waluyo (VW).
Pria yang disebut-sebut sebagai mafia sepak bola Indonesia dalam pemeriksaan pengurus dan ofisial tim di kantor PSSI, Kamis (3/1). Bukan seputar persoalan penyelidikan match fixing dan sanksi yang diterima. Sehingga hal tersebut dibantah keras oleh pengurus dan ofisial PSMP saat pemeriksaan berlangsung.
’’Pertanyaannya ternyata bukan tentang sanksi dan match fixing seperti yang dituduhkan di empat pertandingan. Melainkan justru soal hubungan dengan Vigit Waluyo. Vigit itu lho siapa, tidak ada dalam struktur pengurus maupun manajemen dan ofisial tim,’’ tegas Muhammad Sholeh, kuasa hukum PSMP.
Tidak hanya terhadap satu orang, cecaran pertanyaan seputar Vigit juga dialami keempat pengurus dan ofisial tim yang dipanggil. Materi pertanyaannya mulai dari apakah Vigit masuk struktur manajemen dan pengurus atau tidak.
Hingga Vigit sempat bertemu dengan pemain atau pelatih atau tidak selama mengarungi kompetisi kasta kedua musim 2018. Nah, pertanyaan itu yang dinilai pengurus membawa irama sinis terhadap PSMP. Bahwa, mereka ikut dalam lingkaran mafia. Sehingga dengan tegas dijawab keempat orang pengurus dan ofisial jika mereka tidak pernah terlibat sekalipun dengan VW.
’’Tidak ada nama Vigit di pengurus dan susunan manajemen. Pemain dan pelatih juga tidak pernah komunikasi dengan Vigit. Pak Nus (asisten pelatih Nusyadera, Red) memang mengaku kenal, tapi saat dia masih melatih di Gelora Dewata dulu. Setelah itu sudah tidak pernah komunikasi lagi,’’ tambahnya.
Soal Andi Ahmad yang masuk dalam daftar nama pengurus dan ofisial yang dipanggil, Soleh juga mendapat keterangan dari PSSI. Bahwa, nama tersebut masuk dalam lingkaran PSMP berdasarkan isu dan kasak-kusuk media. Di mana, Andi Ahmad merupakan bagian dari manajemen PSMP selama mengarungi Liga 2.
Padahal, nama tersebut sudah lama hilang di dalam struktur pengurus dan manajemen sejak tim berjuluk Laskar Majapahit itu beralih badan hukum menjadi PT (perseroan terbatas) tiga musim silam. ’’Memang, dia (Andi Ahmad, Red) sempat jadi pengelola tim, tapi itu tahun 2014 lalu. Atau sebelum PSMP beralih status berbentuk PT,’’ pungkasnya