PERILAKU Tulkiyem (samaran), 38, warga Kecamatan Pungging, layak dipuji. Karena dia sangat tabah dan sabar menghadapi lika-liku persoalan rumah tangga yang dihadapinya meskipun berujung perceraian.
Wanita yang sehari-harinya memiliki usaha tempat makanan ini, nampak begitu ikhlas dan tabah mengenai kasus perceraian yang dihadapinya kini. ’’Sebetulnya saya itu gak pengin milih jalan seperti ini (cerai), saya betah-betahno, tapi desakan anak saya yang mungkin sudah wegah lihat tingkah bapaknya seperti itu,’’ katanya di sela-sela waktu menunggu sidang di kantor Pengadilan Agama (PA) Kota Mojokerto.
Menurut Tulkiyem, sang suami Mukiyo (samaran), 45, yang sehari-hari bekerja sebagai pemborong buah begitu cekatan dan bersemangat ketika musim buah datang. Bahkan, perekonomian keluarga sempat terangkat dengan adanya musim buah.
Namun, begitu memasuki masa panen tak menentu seperti beberapa bulan lalu, sang suami langsung berperilaku tak biasa. Sering malas-malasan, dan sering pulang pagi. Selama pernikahan yang sudah memasuki usia 14 tahun, Tulkiyem-Mukiyo telah memiliki satu anak yang sudah duduk di bangku SMA.
Sehingga, Tulkiyem sering merasa tingkah laku suaminya tak pantas untuk dilihat anaknya. ’’Kelakuan bojoku pancen ngunu, aku sampek apal. Anak sudah besar, lihat kelakuan bapaknya kayak gitu. Kan pandanganya mungkin gak etis. Kalau tidak ada kerjaan yanyari kerja apa gitukek,’’ ungkap ibu satu anak ini.
Tulkiyem menambahkan, sejak awal menikah, perilaku aneh sang suami sudah terlihat. ’’Ket awal nikah sifat bojoku koyok ngunu. Nek aku ngarani kadung kumat koyok ngunu, kerjone saiki nek ndek omah turu wae. Saiki satu-satune sumber penghasilan uang ya dari warung,’’ tambahnya.
Perilaku sang suami makin menjadi. Tatkala warung milik Tulkiyem ditutup paksa oleh sang suami tanpa alasan yang jelas, ’’Aku ape bantah iku yo bojoku dewe. Aku yo manut ae tapi anak ku kayak ga terima dengan tingkahnya koyo ngunu,’’kenang Tulkiyem.
Puncaknya, selama sang suami menganggur. Mukiyo terlibat utang tanpa sepengetahuan Tulkiyem. Sehingga, sepeda motor satu-satunya amblas dibawa oleh pihak penagih utang. ’’Lha iyo, kok isok nglakoni ngunu iku gak ngomong sek nang aku. Aku isoke ngelus dada, karo sabar ae,’’ ungkapnya.
Kini, pernikahan keduanya berada di ujung tanduk,’’Yo wes, jalannya sudah seperti gini mau diapain lagi. Setelah ini saya akan menata kehidupan saya lagi dan menjalani kehidupan dengan apa adanya,’’ tutupnya. (din/abi)