MEMILIKI masjid megah dan indah merupakan kebanggaan masyarakat setempat. Seperti Masjid Al-Ba’bud di Desa Lebak Jabung, Kecamatan Jatirejo. Masjid dengan dinding penuh kaligrafi lafal Allah dan Asmaul Husna ini banyak dikunjungi peziarah Makam Ki Ageng Jabung, guru Majapahit. Seperti apa?
Siang itu terlihat beberapa rombongan peziarah berdatangan menuju ke makam religi guru Majapahit, Sayyid Abdurrahman, atau lebih dikenal dengan Ki Ageng Jabung. Beliau merupakan tokoh agama sekaligus ahli nujum pada zaman Kerajaan Majapahit.
Keberadaan makam ulama penyebar agama Islam dari Persia ini membuat inspirasi masyarakat sekitar untuk mendirikan masjid sekaligus tempat ibadah bagi jamaah peziarah. Ya, salah satu masjid terunik adalah Masjid Al-Ba’bud. Masjid ini berdiri sejak tahun 1990. ”Masjid ini didirikan oleh masyarakat setempat,” ujar Ikhwan, takmir masjid.
Peziarah Makam Ki Ageng Jabung banyak mengunjungi masjid yang memiliki ketinggian 25 meter ini. Dinding berkeramik warna putih dipenuhi kaligrafi berlafal Allah, Muhammad, Asmaul Husna, serta beberapa ayat Alquran yang dibentuk dengan kaligrafi. Sehingga, menarik perhatian peziarah untuk mengetahui kondisi di dalamnya.
Tidak hanya menarik perhatian masyarakat luar, banyak dari mereka yang takjub melihat megah dan indahnya masjid. Selain digunakan untuk jamaah masyarakat sekitar, masjid ini juga banyak dimanfaatkan peziarah atau musafir untuk melaksanakan salat. ”Jamaahnya banyak dari masyarakat sendiri. Tetapi yang paling banyak malam Jumat, mereka setelah ziarah kemudian jamaah di sini,” tambahnya
Masjid berlantai dua mempunyai seni kaligrafi memenuhi dinding dan ikon dalam masjid. ”Saya sering ke sini, setelah ziarah kemudian jamaah di sini,” ujar Muslimin, peziarah asal Mojowarno, Kabupaten Jombang. Menurut Muslimin, ikon kubah berdiameter 15 meter dipenuhi kaligrafi itu mengingatkan akan keagungan dan sifat-sifat Allah.
Petakziah Makam Ki Ageng Jabung selain dari Mojokerto, juga banyak dari luar kota. Rata-rata dari penasaran ingin berkunjung sekaligus melihat langsung bentuk masjid Al Ba’bud dari luar dan dalam. Di antaranya dari Jombang, Sidoarjo, Surabaya, Blitar, Tulungagung, Trenggalek. ”Sering pengunjung datang, tapi tidak sebanyak seperti di makam religi Wali Songo, atau Troloyo,” tambahnya. (eza)