USAHA keras tak akan mengkhianati hasil. Peribahasa ini tampaknya benar-benar diilhami siswa SMAN 1 Mojosari. Wahyu Wijaya kala berjuang membela Papua Barat di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Oktober lalu. Berlatih keras selama hampir setahun, perjuangannya di cabor paramotor akhirnya terwujud lewat perolehan medali perunggu.
Putra pertama Mokhammad Nur Akbar ini sukses mendarat di urutan ketiga tercepat nomor Precision Takeoff dengan catatan waktu 4 menit 4 detik. Ia kalah dari seniornya asal Lampung di urutan pertama dan Papua Barat di urutan kedua dengan hanya selisih satu menit. Siswa kelas XI MIPA 7 ini mengaku persiapannya tampil di PON sudah sangat maksimal.
Betapa tidak, latihan keras hampir ia jalani setiap hari, terhitung mulai Desember 2020 hingga jelang turun di PON Papua, Oktober lalu. Dibimbing sang ayah yang juga atlet paramotor nasional, Wahyu ditempa dengan materi latihan keras setiap sore di lapangan Desa Seduri, Kecamatan Mojosari.
’’Alhamdulillah banyak yang mendukung perjuangan kami. Sejak awal memang sudah optimis bisa meraih medali untuk karir menjadi atlet profesional ke depannya,’’ terangnya.
Wahyu sendiri baru setahun memulai kiprah sebagai atlet paramotor. Usianya juga masih 17 tahun atau remaja. Bahkan, saat turun di PON, ia tercatat sebagai atlet paramotor termuda. Artinya, ke depan, peluang mendulang prestasi di level nasional hingga internasional masih sangat besar. Apalagi, dukungan dari kedua orang tua dan kepala sekolah beserta dewan guru Smansa Mozar, julukan SMAN 1 Mojosari dalam mewujudkan cita-cita itu begitu melimpah. ’’Dalam waktu dekat akan banyak event kejuaraan lainnya seperti Porprov atau kejurnas yang bisa diikuti dan tentunya target ke depan adalah medali emas,’’ tegasnya.
Wahyu sendiri dilamar KONI Papua Barat setelah melihat pola latihannya bersama Ilung, sapaan akrab sang Ayah, Mokhammad Nur Akbar. Ilung juga turun sebagai atlet membela Kalimantan Timur (Kaltim) di PON kemarin. (far/ron)