Adem-adem ngrangkul bantal
Nyawang cecek playon nang koco
Ngomonge jare mobile dirental
Nyatane digadekno nang Suroboyo
Warung Mukiyo (samaran) setiap malam Minggu jadi jujukan bapak-bapak. Maklum, warung di pojokan jalan itu satu-satunya keramaian perumahan di Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Minum kopi sambil bercengkrama dengan tetangga jadi kemewahan tersendiri bagi bapak-bapak kebanyakan. Seminggu penat bekerja, seakan terobati ketika cangkruk. Tentunya disambi sesekali rasan-rasan.
Mukiyo suka-suka saja warungnya ramai. Bisnis warung adalah bisnis sampingan. Pekerjaan utamanya rental mobil. Beberapa tetangga bahkan menitipkan mobil direntalkan. Pagi-siang-malam jika ada order langsung dikerjakan.
Tapi, malam Minggu kemarin suasana berbeda. ’’Endi bojomu (Mana Mukiyo)?,’’ tanya Sudrun (samaran) pada Tulkiyem (samaran), sedikit ketus. ’’Dereng wangsul Pak (belum pulang Pak),’’ jawab Tulkiyem pasrah. Bapak-bapak lainnya hanya diam saja melihat suasana agak tegang.
Belakangan, tak hanya Sudrun yang mencari Mukiyo. Beberapa orang hilir mudik tanya kabar. Pria berambut gondrong dengan tato di lengan itu memang agak lama tak kelihatan batang hidungnya.
Tak dinyana, Mukiyo dikabarkan kabur dari rumah kontrakan. Menyisakan bedak warung, istri, dan cerita tak mengenakkan. Sudrun kepada bapak-bapak lainnya curhat soal kabar yang menyesakkan hatinya itu.
Sambil nyeruput kopi pahit, Sudrun mengatakan mobilnya yang dirental Mukiyo mendadak bermasalah. Mobil putih keluaran terbaru merek asal Jepang itu tak jelas parannya.
’’Untung tak pasang GPS. Tak cek tibakno jebus nang Suroboyo (untung mobil saya pasang GPS. Tak tahunya mobil sudah berada di Surabaya),’’ cerita Sudrun bersemangat.
Beruntung nyali Sudrun gede. Betapa tidak, Sudrun sehari-hari dinas kemiliteran. Bersama kawan kantor, dia menjemput paksa mobil yang ternyata sudah digadaikan Mukiyo.
’’Edan. Montorku digadekno mek Rp 30 juta. Untung seng nggowo mobilku manut, langsung tak gowo muleh (Gila. Mobilku digadaikan hanya Rp 30 juta. Untung yang membawa mobil penurut langsung mobil saya bawa pulang),’’ seloroh Sudrun berapi-api.
Rukin mengatakan, akad rental mobilnya ke suatu perusahaan sudah dilakoni Mukiyo. Uang rental sebulan pun telah dibawa. Tapi, belum sampai sebulan, mobil ditarik lagi oleh Mukiyo. Belakangan, mobil digadaikan Mukiyo ke orang lain.
Cerita malang itu tak hanya dialami Sudrun. ’’Enek lek 10 montor seng nasibe gak jelas. Wes jan loro ati tenan aku. (Ada kalau 10 mobil yang nasibnya tidak jelas. Wah betul-betul sakit hati saya),’’ beber Sudrun.
Bapak-bapak lainnya sedari tadi hanya angguk-angguk dan geleng-geleng mendengar curahan hati Sudrun. Mukiyo, tetangga yang terlihat pekerja keras itu rupanya membohongi tetangga sendiri.