Bagi Satrio Lahskart Arfinto, 17, dan Gama Brasto Pamungkas, 16, banyak ilmu dan pengalaman yang dipetik selama dua pekan belajar bersama sang maestro, Titiek Puspa. Mereka diberi pesan agar menyebarluaskan ilmu usai pulang ke daerah masing-masing.
Tuntas sudah serangkaian kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) yang diikuti dua pelajar asal Mojokerto, Tito dan Gama. Tentu, mereka tidak pulang dengan tangan hampa. Banyak ilmu dan pengalaman berharga selama mengikuti acara yang dihelat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI itu
Salah satu yang sulit untuk dilupakan adalah berkesempatan bertatap muka dan belajar langsung dengan musisi senior, Titiek Puspa. Tak hanya itu, selama mengikuti BBM, mereka juga dapat mengikuti kegiatan sehari-hari di rumah sang maestro. Tito, sapaan akrab Satrio Lahskart Arfinto mengungkapkan, dia mendapat banyak hal selama belajar dengan salah satu artis legendaris itu.
Tidak hanya dalam hal teknik olah vokal dan seni musik saja, tetapi juga tentang penguatan mental dan spiritual. ”Pertama kali kita datang justru dikasih ilmu tentang budi pekerti. Jadi, bukan teknik, tapi diberi wejangan (nasehat),” terangnya.
Hal itulah yang kemudian membuat Tito menyadari, bahwa bernyanyi tidak sekadar tentang teknik mengolah suara saja, tetapi dibutuhkan sikap yang baik untuk menunjang penampilan. ”Bernyanyi memang dibutuhkan attitude. Bayangkan saja, penyanyi suara merdu tapi saat perform diam saja tanpa ada ekspresi. Pasti akan mengganggu,” jelasnya.
Setelah itu, kemudian dia diajarkan tentang ilmu seni musik dan saling sharing pengalaman dengan teman yang lain. Tito menjelaskan, ada 20 anak yang terpilih dalam bidang seni musik di BBM. Mereka hampir tersebar dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Antara lain, dari Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jogjakarta, Riau, Lampung, Sumatera, bahkan dari Papua. ”Hanya kita berdua saja yang dari Mojokerto,” terang siswa SMAN 1 Kota Mojokerto itu.
Kegiatan BBM tersebut dilangsungkan selama dua pekan lebih. Yakni, mulai 9 Juni hingga 24 Juli. Selama rentang waktu tesebut, selain pengisian materi, juga terdapat tugas yang harus dikerjakan. Dari 20 peserta, dibagi menjadi empat grup berisi masing-masing lima anak. ”Di akhir kegiatan, setiap kelompok disuruh buat lagu dan aransemen musiknya sendiri, kemudian dipresentasikan,” tambahnya.
Sedangkan tema yang ditentukan tentang nasionalisme dan Indonesia. Tito menceritakan, dia dan teman kelompoknya membuat satu lagu yang diberi judul Genggaman. Lagu yang menceritakan tentang pahlawan masa lalu dan pahlawan masa kini.
Sementara itu, Gama menyatakan kekagumannya kepada sosok Tietik Puspa. Menurutnya, musisi kawakan itu dianggap sebagai orang tuanya sendiri selama belajar bersama. Pasalnya, meski sudah berkarya selama kurang lebih 60 tahun, dia tetap peduli dengan memberikan ilmunya kepada generasi penerusnya. ”Beliau (Titiek Puspa) sangat rendah hati dan penyayang. Meskipun tidak kenal 20 anak, saat kami di rumahnya langsung diberi nasehat, dipeluk seperti orang tua sendiri,” jelasnya.
Pelajar SMAN 1 Sooko asal Desa Pohkecik, Desa/Kecamatan Dlanggu ini menjelaskan, sebelum berpisah, pelantun Kupu-Kupu Malam itu memberi pesan kepada semua peserta agar menyebarluaskan ilmu di daerah masing-masing. ”Impiannya yang bikin saya kagum. Yakni, membuat Indonesia lebih baik di melalui bakat yang kita miliki,” terangnya. Rencananya, dia dan Tito akan merealisasi melalui belajar bersama dengan siapa saja yang memiliki hobi atau bakat di bidang seni musik.
Mereka akan membagikan ilmu yang didapat selama mengikuti BBM melalui sharing dan saling berbagai ilmu. ”Terdekat, 1 Agustus kita akan membuat kegiatan mirip dengan BBM. Tapi, mungkin BBTG karena Tito dan Gama,” candanya.