DI masa kolonial, Mojokerto dikenal menjadi sebagai produsen minuman keras (miras). Minuman beralkohol itu diedarkan secara ilegal hingga di sejumlah daerah di Jawa Timur. Untuk mengelabuhi petugas, pengiriman dilakukan via paket kereta api (KA) dengan dikemas dalam botol minyak tanah.
TAK lama setelah Polisi Daerah Mojokerto resmi berdiri, keberadaan institusi bentukan Belanda ini ternyata tak sepenuhnya mendapat kepercayaan dari masyarakat. Bahkan, aparat keamanan justru menjadi sasaran ancaman warga ketika menjalankan tugas.
PADA tahun 1948, di Mojokerto tercatat pernah mencetak tenaga kepolisian sebagai aparat penegak hukum. Korps yang direkrut dari kalangan pemuda asal sejumlah wilayah Mojokerto ini dinamakan Polisi Daerah. Untuk bisa berdinas resmi di institusi bentukan Belanda ini, calon polisi harus melewati penggemblengan di asrama.
FENOMENA para perantau yang mulih ke Mojokerto hingga kini masih berlangsung. Tidak sekadar tradisi pulang untuk bersilaturahmi, perjalanan kembali ke kampung halaman itu juga turut membawa dampak terhadap aspek ekonomi di daerah.
HIRUK pikuk mudik Lebaran 1443 Hijriah telah usai. Pandemi Covid-19 yang terkendali, membuat aktivitas pulang kampung dapat kembali dijalani. Di Mojokerto, mudik atau dulu lebih dikenal dengan mulih, telah menjadi tradisi yang dilakukan para perantau sejak kisaran setengah abad yang lalu. Fenomena itu terjadi karena adanya urbanisasi penduduk yang merantau ke kota-kota besar yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan industri.
MENJELANG Hari Raya Idul Fitri, kebutuhan masyarakat mengalami peningkatan. Sehingga dilakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu yang jadi alternatif memenuhi kebutuhan adalah dengan menggadaikan barang. Fenomena itu telah terjadi sejak masa pemerintahan kolonial. Lembaga Pandhuizen atau Rumah Gadai menjadi jujukan masyarakat mendekati momen Lebaran.
SELAIN terbuat dari hasil cetakan, ada pula kartu Lebaran buatan tangan. Desain yang dibentuk secara custom ini dulu dijajakan pedagang musiman. Meski dari sisi harga lebih tinggi dibanding keluaran kantor pos, namun kreasi kartu Lebaran itu banyak diminati.
SALING berkirim kartu ucapan Lebaran, pernah menjadi tradisi di tengah masyarakat luas. Meski, keberadaannya kini mulai lekang oleh zaman, namun secarik kertas itu dapat menjadi media saling bermaafan pada momen Hari Raya Idul Fitri. Kini, tradisi itu telah digantikan dengan ucapan yang disampaikan lewat telepon genggam atau gadget.
KONDISI berbalik terjadi ketika tentara Belanda kembali menguasai Mojokerto pada Maret 1947. Masjid Al-Ichsan Brangkal diambil alih dan dijadikan markas komando pasukan Nederlandsch-Indische Civiele Administratie (NICA).
JEJAK perjuangan kemerdekaan RI masih membekas di banyak tempat bersejarah di Kabupaten Mojokerto. Salah satunya berada di kompleks Masjid Al-Ichsan, Desa Brangkal, Kecamatan Sooko. Masjid yang terletak di Jalan Raya Mojokerto-Jombang ini menjadi saksi bisu semangat pejuang karena pernah digunakan sebagai markas sekaligus pusat latihan Laskar Hisbullah.