KH Fatur Rohman merupakan sosok yang haus ilmu. Aktivitas yang padat tidak membuatnya berhenti belajar. Selain mengajar dan mendidik di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) eLKISI Kemuning, Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging, juga menulis buku.
Kiai Fatur Rohman mengisi kajian yang digelar rutin oleh TV eLKISI sebuah stasiun TV milik ponpes. Namun, kerap keliling ke daerah-daerah menghadiri pertemuan alumni ponpes yang diasuhnya.
Menulis merupakan rutinitas yang dilakukan di tengah kesibukan sebagai pengasuh pondok dan pengurus Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII).
Sudah 23 buku dia terbitkan. Antara lain, Kitab Adda’awaat, Kitab Aljanaaiz, Kitab Assholah, Buku Ziarah Kubur dan Fenomena Kemusrikan, Buku Risalah Sholat Dhuha, Buku Ibadah Praktis, Buku Doa Sehari-hari, Buku Berdoa di Arofah, Kitab Manasik Haji, Buku Tuntunan Ibadah Haji, Buku Mualaf Mengunggat Selamatan, Buku Muallaf Menggunggat Perdukunan, Buku Al Islam Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Buku Mudahnya Menghafal Alquran, Buku Meneladani Sholat Rasulallah, Buku Berumrah Menurut Sunnah, Buku Berbekal Menuju Haramain, Buku 5 Prinsip Membangun Pesantren, Pedoman Pembinaan Tahfidh Maudhui, Buku Risalah Sholat Jumat, Buku Nasihat bagi Pencari Ilmu, dan Mutiara Adab.
Diakuinya, menulis buku butuh proses, tidak instan langsung jadi. Bagi Kiai Fatur Rohman, yang menjadi perhatian adalah mempersiapkan referensi untuk dijadikan acuan sesuai dengan kaidah kepenulisan.
Misalnya, menulis buku tetang hukum Islam, maka dalil secara hukum Islam diuraikan secara lengkap dalam buku yang dia tulis untuk memperkuat tema yang dibahas. ’’Selain itu, memberikan pandangan dan solusi atas problem kontemporer saat ini,’’ katanya.
KH Fatur Rohman mengatakan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dibendung. Karena itu, melihat persoalan harus kontekstual, bukan tekstual. Karena itu, pesantren, pengasuh, dan santrinya, harus pula mengikuti perkembangan zaman.
Karena itu, ponpes yang diasuhnya juga sering menggelar pelatihan menulis buku dengan menghadirkan narasumber dari kalangan profesional jurnalis ataupun penulis aktif. Hal itu agar santri dan mahasiswa bisa menjadi penulis dan jurnalis.
’’Melalui menulis buku, kami ingin memberikan contoh agar santri dan mahasiswa di lembaga yang dipimpinnya juga gemar menulis. Bahkan, diharapkan juga bisa menjadi penulis buku dan jurnalis,’’ ujarnya. (bas/abi)