KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Kasus Covid-19 terus mengalami penurunan. Namun, nyatanya, hal itu tak berpengaruh terhadap produksi limbah medis di rumah sakit. Seperti RSUD RA Basoeni, Gedeg. Dalam sebulan, limbah medis masih tembus 2,5 ton.
Data di rumah sakit pelat merah ini, setiap hari, produksi limbah bisa mencapai 50 kilogram. ”Sama seperti awal-awal pandemi. Padahal, sebelum pandemi, limbah medis tak sampai 10 kilo per harinya,” ujar Kepala Bidang Penunjang RSUD RA Basoeni dr Wiwik Kusnul Latifah, Selasa (30/3).
Dari banyaknya limbah medis itu, didominasi limbah infeksius. Karena, pemakaian alat pelindung diri (APD) yang hanya sekali pakai.
Selain APD, limbah medis yang termasuk dalam kategori bahan beracun dan berbahaya (B3) didominasi masker dan sisa makanan dari pasien Covid-19. Wiwik menerangkan, sampah medis infeksius ini dilakukan penanganan yang berbeda. Yakni, dikemas dalam kantong plastik kuning dan diberikan label khusus oleh petugas kebersihan yang sudah mengenakan APD lengkap.
Tentunya, sampah-sampah ini sudah dipilah langsung dari masing-masing ruangan. Baik untuk ruang isolasi khusus penanganan pasien Covid-19 dan non Covid-19. ”Jadi petugas tidak perlu memilah lagi. Sudah kami beri kode untuk yang limbah Covid. Jadi, tak hanya dikemas plastik saja, nanti plastik itu juga masih harus dimasukkan ke dalam kardus,” jelasnya.
Setelah dikemas ke dalam kardus, limbah infeksius tersebut bakal diletakkan di gudang. Kemudian, limbah baru akan dikirim ke pihak ketiga. Yakni ke salah satu perusahaan pengolahan limbah yang berada di Kecamatan Jetis. Sebab, rumah sakit plat merah itu mengaku tak memiliki insenerator. Sehingga, limbah tersebut ditangani pihak ketiga. ”Sempat punya dulu awal-awal berdiri tahun 2007, tapi saat 2010 alatnya sudah tidak menyanggupi pengolahan limbah. Akhirnya, limbah rumah sakit semuanya dialihkan ke pihak ketiga termasuk limbah Covid-19 ini,” beber Wiwik.
Perempuan ini menyebut, saat kasus Covid-19 mengalami kelonjakan di bulan November hingga Desember lalu sempat kewalahan. Karena, stok kardus yang digunakan khusus untuk pengemasan limbah terus menipis. Sehingga, selama dua bulan lebih, petugas kebersihan yang bertugas mengangkut mencari bantuan persediaan kardus dari lingkungan sekitar. ”Tapi sekarang, stok kardusnya sudah aman. Masih cukup lah untuk mengangkut limbah medis saat ini,” paparnya.
Dari kasus limbah medis yang masih mengalami peningkatan ini, Wiwik berharap pandemi Covid-19 cepat berakhir. Sebab, limbah infeksius otomatis bisa menurun jika pandemi sudah berakhir. Setidaknya, sambung dia, vaksin yang sudah terlaksana di Indonesia membawa secercah harapan agar mata rantai Covid-19 bisa diputus. ”Untuk warga yang sudah dapat vaksin, tetap jaga protokol kesehatan. Karena dengan begitu, kekebalan masal akan terbentuk, otomatis kasus Covid-19 lambat laun bisa diputus,” tukasnya. (oce)