Di tengah kenaikan kasus Covid-19, tak semua usaha berdampak kerugian. Justru dibalik pandemi, mereka bisa meraup untung berlebih. Seperti yang dialami perajin kantong jenazah. Terpaksa lembur akibat banjirnya pesanan dari berbagai daerah.
INDAH OCEANANDA, Puri, Jawa Pos Radar Mojokerto
Adalah Purwaji. Pemilik usaha kantong jenazah di Dusun Sumber Tempur, Desa Sumbergirang, Kecamatan Puri ini harus menggarap pesanan sebanyak 400 kantong per bulan. Padahal, sebelum kasus Covid-19 melonjak, ia hanya mampu menjual sejumlah 50 kantong jenazah saja. ”Malah sebelum pandemi itu, kantong jenazah saya hanya dicari BPBD sama relawan laka saja,” tutur pria yang kerap disapa Waji itu, Selasa (29/6).
Waji mengaku, dia memulai usahanya itu sejak tahun 2013 silam. Itu lantaran dia merupakan mantan seorang relawan. Sebelumnya, ia sempat berkali-kali ganti profesi sebelum memutuskan untuk membuka usaha kantong jenasah. ”Pasca jadi relawan itu, saya rasa kebutuhan kantong jenasah itu sangat penting. Makanya saya coba saja mulai usaha di situ,” kenangnya.
Dulu, kantong jenasahnya jarang dibeli orang. Dalam sebulan, hanya bisa laku belasan kantong saja. Dia bergantung pada bencana atau kecelakaan lalu lintas saja. Bahkan, Waji menyebut, sempat tak dilirik oleh rekan PMI sewaktu menawarkan barangnya itu. ”Nah, baru ramai sekarang pas ada korona. Akhirnya pada butuh semua,” imbuhnya.
Kini, kantong jenazah yang diproduksinya tak hanya dipesan warga Mojokerto. Bahkan, sudah merambah luar Jawa. Salah satunya dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia juga kerap menerima pesanan dari Sidoarjo, Pasuruan, dan Semarang. ’’Biasanya rumah sakit banyak yang pesan sini. Sekarang tambah PMI dan RS Polda juga kerap pesan,’’ ungkapnya. Bahkan, di Semarang itu Waji sudah menjadi penyuplai kebutuhan kantong jenasah.
Pria 44 tahun itu menuturkan, untuk memenuhi pesanan, ia harus bekerja keras. Tujuh pekerjanya terpaksa lembur. Lantaran untuk memenuhi pesanan dari berbagai daerah. ’’Lembur dua jam, biasa pulang sore sekarang sampai magrib baru pulang,’’ sebut dia.
Per lembar kantong jenazah sendiri, ia patok harga sebesar Rp 125 ribu dengan panjang dua meter dan lebarnya 80 sentimeter. Waji membeberkan, maraknya pesanan yang datang tersebut, pihaknya sampai tak bisa membuat stok seperti dahulu sebelum pandemi. Karena, satu hari saja sudah bisa menjahit puluhan kantong jenazah. Belum lagi menyelesaikan pesanan dari luar daerah. Padahal, sebelumnya, dia bisa menyimpan 10 kantong jenasah untuk persediaan pembeli. Oleh kerananya, , sementara waktu ini, Waji hanya bisa memproduksi konsumen yang sudah memesan sejak jauh-jauh hari. ’’Sudah nggak sempat bikin stok, apalagi untuk mendadak. Harus pesan dulu,’’ tukasnya. (ron)