KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Ancaman bencana di wilayah Mojokerto hingga detik ini masih menghantui. Hujan deras dan lama yang terjadi mengakibatkan puluhan rumah tergenang, Kamis (28/5) malam.
Meski tak sampai ada korban jiwa, kondisi itu menuntut masyarakat tetap waspada. Terlebih, hujan deras disertai angin kencang diprediksi akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Seperti yang terjadi di kawasan Desa Mojoranu, Kecamatam Sooko, Kabupaten Mojokerto. Intensitas hujan deras dan lama membuat puluhan rumah terendam. Rumah-rumah itu berada di sekitar proyek jalur ganda kereta api. Air tertahan dan tidak bisa mengalir.
’’Meski sempat masuk ke dalam rumah, tren air sudah surut,’’ ungkapnya. Termasuk di Desa Sadartengah, Kecamatan Mojoanyar. Curah hujan cukup deras membuat puluhan rumah juga terendam mencapai di atas mata kaki.
Sedangkan di jalan raya hingga setengah meter. Bahkan, air juga merendam lima hektare padi usia dua minggu. ’’Penyebanya, karena pintu dam ditutup sebagian untuk pengairan sawah warga. Jadi, saat hujan deras dan lama, sungai tak bisa menampung air hingga terjadi luapan ke permukiman warga,’’ terangnya.
Selain luapan air, derasnya debit air juga meengakibatkan tanggul di Desa Penompo, Kecamatan Jetis, jebol. Tanggul tergerus air sungai. Kondisi terakhir, akan dilakukan kerja bakti untuk perbaikan. Untuk jangka panjang, BPBD juga sudah rekomendasikan dilakukan perbaikan permanen.
Tak hanya itu, hujan di kawasan Pacet bahkan menyebabkan tebing longsor sepanjang 6 meter dan ketinggian satu meter. ’’Meski sempat membuat akses tersendat, material tanah dan bebatuan tadi malam langsung bisa dievakuasi warga dan tim relawan,’’ ujarnya.
Menurutnya, intensitas hujan yang terjadi belakangan ini memang mengharuskan masyarakat tidak boleh lengah. Di tengah fokus melakukan penanganan pandemi Covid-19, masyarakat tetap harus waspada terjadinya bencana alam.
Khusunya di wilayah yang sudah kerap menjadi langganan. Baik longsor, banjir, hingga terpaan angin kencang. Banyak faktor yang menjadi pemicu. ’’Salah satunya lahirnya siklon tropis mangga di Samudera Hindia sebelah barat daya Bengkulu beberapa hari lalu,’’ tegasnya.
Berdasarkan analisis sesuai BMKG melalui Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta, siklon tersebut berada di 9.8 LS dan 93.0 BT, atau sekitar 1220 km barat daya Kerinci.
Saat ini siklon tropis mangga memiliki tekanan udara minimum di pusatnya sebesar 998 hPa dengan kecepatan angin maksimum berkisar antara 35 knot. ’’Siklon tropis mangga ini diperkirakan menguat ke depan dengan pergerakan ke arah Tenggara-Selatan menjauhi wilayah Indonesia,’’ tuturnya.
Terlepas dari itu, lanjut Zaini, Analisa Terbaru dari BMKG, secara umum hujan memang masih menyapa Jatim beberapa hari belakangan ini dikarenakan gangguan atmosfer. Di antaranya, Madden Julian Oscilation (MJO), Gelombang Equatorial Rossby yang aktif diprakirakan masih akan beerlangsung hingga 3 hari ke depan.
Pola palung tekanan rendah di Selatan Jawa serta Anomali positip Sea Surface Temperature (SST). Disebutnya, hujan deras dan lama tidak hanya terjadi di Mojokerto. Melainkan merata di wilayah Jatim. ’’Buktinya apa? Debit air di Sungai Brantas juga meningkat tajam,’’ tegasnya.
Air berwarna kecokelatan itu bahkan menimbulkan aroma tanah. Tak urung, sistem buka tutup pintu air di dam Rolak Songo yang menjadi pengatur keluarnya air menuju Kali Porong diberlakukan petugas Perum Jasa Tirta I, di Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar.
’’Pintu dam Rolak Songo harus dibuka lebih banyak dari biasanya,’’ ujarnya. Meningkatnya debit Brantas memang tak lepas dari tingginya curah hujan yang terjadi secara merata di Jatim. Mulai Malang, Blitar, Batu, Kediri, Tulungagung, Jombang, yang menjadi hulu Sungai Brantas.
Termasuk Mojokerto yang menjadi lintasan sungai besar ini. Sebaliknya untuk dam tiga Desa Mlirip, Kecamatan Jetis, harus ditutup total lantaran Kali Mas yang bermuara di Surabaya sudah tak mampu menampung kiriman air.
’’Sistem buka tutup seperti ini sudah sering dilakukan jika Sungai Mas di Surabaya sudah tak bisa menampung,’’ tandasnya.