MOJOKERTO – Warga Dusun/Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar dibuat resah dengan adanya kerusakan yang menimpa tempat tinggal mereka. Sedikitnya ada 13 rumah mengalami retak-retak. Kerusakan tersebut diduga karena dampak dari lalu lalang kendaraan besar yang melintas menuju sebuah pabrik pengolah pupuk padat dan cair namun melebihi skala tonase jalan.
Pantauan Jawa Pos Radar Mojokerto, beberapa dinding rumah warga di RT 04/RW 02 Dusun/Desa Lengkong mengalami keretakan. Kerusakan terjadi mulai dari ruang tamu, kamar, hingga bagian dapur. Bahkan warga harus menyangga bangunan rumah menggunakan balok kayu karena khawatir ambruk.
Menurut keterangan warga, permasalahan itu muncul sekitar satu tahun terakhir. Kerusakan terjadi secara bertahap, dan semakin lama semakin meluas. Ditengarai, kerukasan itu akibat lalu-lalang kendaraan besar keluar masuk menuju pabrik di Dusun Jatiwetan, Desa Lengkong.
Salah satu warga, Farid mengungkapkan, selain menyebabkan keretakan pada dinding rumahnya, kendaraan yang melintas juga mengganggu ketenteraman warga. Pasalnya, aktivitas kendaraan ini rata-rata berlangsung malam hari hingga subuh. ”Kendaraan yang melintas kontainer, truk fuso, kadang juga truk gandeng,” jelas Farid kemarin.
Padahal, jalan selebar 5 meter itu hanya untuk dilalui kendaraan bertonase maksimal 4 ton saja. Sedangkan, kendaraan yang melintas lebih dari batas tersebut. Sehingga, saat melintas, getaran terasa hingga dalam rumah. Bahkan, plengsengan sungai setempat juga ambrol di beberapa bagian.
Ketua RT 04/RW 02 Dusun/Desa Lengkong, Sulinggo menambahkan, rumahnya juga ikut mengalami kerusakan. Mulai dari dinding ruang tamu, dinding samping, dan tiga kamar. Bahkan, dia dan keluarganya memilih tidur di ruang tengah karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan. ”Anak-anak takut tidur di kamar,” terangnya. Dari laporan dan survei yang dilakukan, sedikitnya ada 13 rumah mengalami nasib serupa.
Bahkan, lima di antaranya masuk ketergori rusak cukup parah. Masing-masing rumah milik Kasnawi, Farid, Fayung, Gito, dan rumah Sulinggo sendiri. Semuanya berada di lingkungan RT 04/RT 02. ”Ruang tamu saya sangga dengan kayu, karena khawatir ambruk,” paparnya.
Dia menyatakan, warga sudah melayangkan protes melalui perangkat desa setempat. Dia menyesalkan karena pihak perusahaan pengolah pupuk padat dan pestisida cair itu belum pernah meminta izin kepada warga untuk memanfaatkan jalan dusun guna kepentingan operasional industri.
Sementara itu, Kepala Desa Lengkong, Luhur Pambudi menyatakan, terkait beberapa keluhan warga tersebut pihaknya telah melakukan musyawarah pada (25/8) lalu. Dia mengklaim, protes warga itu masih dalam tahap proses pembuatan surat protes ke perusahaan. ”Segera mungkin kita akan tembuskan surat warning ke perusahaan,” jelasnya.
Terlebih, kata Luhur, pihak perusahaan belum pernah melakukan pemberitahuan untuk pemakaian jalan dusun. Dalam tuntutannya, warga meminta agar aktivitas lalu lintas kendaraan tidak menggunakan bertonase besar dan pada malam hari. ”Pemberitahuan untuk memakai jalan belum ada. Yang jelas tidak ada pemberitahuan untuk memasukkan atau mengelurkan barang,” pungkas Luhur.