Sejak dibentuk 22 Juli lalu, Rumah Isolasi Kasus Konfirmasi Covid-19 Asimtomatik atau orang tanpa gejala (OTG) di Puskesmas Gondang, Kabupaten Mojokerto, telah berhasil memulangkan 120 orang. Bahkan, durasi kesembuhannya relatif singkat, rata-rata dinyatakan negatif hanya dengan tempo 5-7 hari. Bagaimana metode treatment yang diterapkan ?
RIZAL AMRULLOH, Gondang, Jawa Pos Radar Mojokerto
SECARA umum, metode pengobatan di Rumah Isolasi Puskesmas Gondang tidak jauh berbeda dengan yang diterapkan di fasilitas kesehatan (faskes) maupun tempat karantina pasien konfirmasi Covid-19 asimtomatik pada umumnya. Yaitu, dengan melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak daya tahan tubuh agar bisa melawan infeksi virus SARS-CoV-2.
Untuk meningkatkan sistem kekebalan tersebut dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain, memberikan imuno stimulator, prebiotik, serta asupan makan makanan bergizi seimbang. Selain itu, terdapat satu menu khusus berprotein tinggi berupa telur rebus yang dikonsumsi tiga kali dalam sehari.
’’Protein itu dibutuhkan sebagai proses regenerasi organ-organ maupun sel-sel yang kalah karena infeksi virus,’’ terang Koordinator Rumah Isolasi Puskesmas Gondang Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto dr Irsyad Herminofa, kemarin.
Di samping itu, metode yang dilakukan untuk meningkatkan imun adalah rutin mengajak pasien berolahraga. Pasalnya, dengan aktif bergerak, maka dapat mengeluarkan bakteri dari dalam tubuh. Terutama dari paru-paru.
Irsyad mengatakan, dengan berolahraga juga dapat mengurangi kadar hormon yang dapat memicu stres. Di sisi lain, juga sekaligus memicu produksi hormon endorfin maupun hormon yang menciptakan suasana senang.
Tidak hanya olah fisik, di Rumah Isolasi Puskesmas Gondang juga diterapkan treatment melalui psikoterapi. Yaitu, upaya meningkatkan daya tahan tubuh dengan memberikan terapi berupa hiburan atau kegiatan yang bersifat menyenangkan. ’’Imunitas psikologi itu yang dongkrak. Karena orang kalau dalam keadaan stres dan depresi, imunitasnya pasti akan turun,’’ paparnya.
Bahkan, para tenaga medis yang bertugas di rumah isolasi Puskemas Gondang memiliki jargon ’’Kami Guyonan’’. Penyematan semboyan tersebut agar pasien merasa rileks dan terhibur selama menjalani masa karantina.
Karena itu, imbuh Irsyad, pihaknya menjadwalkan olahraga yang terbagi menjadi dua sesi dalam sehari. Sesi pertama adalah melakukan senam bersama saat pagi hari. Aktivitas fisik tersebut dikemas dengan santai. Melakukan aktivitas fisik bersama para tenaga kesehatan.
Di samping aktivitas fisik, kegiatan olahraga itu juga menjadi bagian untuk mengevaluasi para pasien. ’’Kalau ada pasien yang cenderung diam, kelihatan mikir, maka kita lakukan pendekatan. Secara personal kita ajak bicara, kita hibur, dan kita semangati,’’ tandasnya.
Sedangkan sesi olahraga berikutnya adalah dengan bermain. Hampir setiap sore petugas menyiapkan berbagai sarana permainan. Menurutnya, bermain adalah salah satu bentuk dari terapi psikologi.
Kebetulan, di Puskesmas Gondang memiliki lahan yang cukup luas. Sehingga, permainan dapat digelar di tanah lapang di belakang gedung rumah isolasi. ’’Kita ajak main layang-layang bareng. Kalau kata orang Mojokerto sambitan. Kadang juga kita main voli bareng,’’ tandas pria kelahiran Surabaya, 20 April 1978 ini.
Bahkan, petugas juga pernah berperan sebagai pemain jaranan. Sambil berpakaian hazmat dan alat pelindung diri (APD), petugas mengajak olahraga sambil bermain kuda lumping. Selain itu, ada banyak cara lain hanya untuk membuat pasien merasa senang dan terhibur.
Irsyad menyatakan, kondisi psikologis itulah yang menjadi modal utama bagi para pasien konfirmasi asimtomatik dalam mempercepat kesembuhan. Sejak difungsikan 22 Juli lalu, sebanyak 120 pasien telah dinyatakan sembuh dengan hasil swab ulang negatif.
Bahkan, para penyintas Covid-19 itu dipulangkan dengan waktu yang relatif singkat. ’’Rata-rata sekitar 5 sampai 7 hari. Kondisi psikis sangat mendukung kesembuhan,’’ tandas dokter yang sehari-hari berdinas di Puskesmas Kemlagi ini.
Hingga Minggu (27/9), jumlah pasien confirm Covid-19 tanpa gejala yang dirawat di rumah isolasi tercatat full bed dengan 22 orang. Akibatnya, beberapa pasien terkonfirmasi lainnya terpaksa harus menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Kendati demikian, imbuh Irsyad, pihaknya berupaya tetap memantau dengan melakukan treatment jarak jauh. Sehingga, setiap kegiatan pasien akan terus dipantau selama 24 jam. ’’Jadi, setiap jam kita kontak pasien. Baik saat waktunya minum obat, olahraga, berjemur, dan lain-lain. Semoga metode jarak jauh ini juga berhasil,’’ pungkasnya. (abi)